Sabtu, 01 Mei 2010

S H B T (Ketika Vokal 'a' Terselip Diantaranya) By.Nadia Natasha x2

"Diraaaaa !"
Suara yang tidak pernah absen membangunkanku.
"Hari pertama kuliah masih aja telat bangun ! Cepet bangun !"
Dengan mata masih berat aku menghampiri pinmtu tempat suara itu bersarang. "Five more minutes, Mom."
Aku pun mengambil handuk dan siap mandi.
Ya, hari ini memang hari pertama aku menjadi mahasiswa. Tepatnya mahasiswa jurusan Bahasa Inggris.Walaupun hingga saat ini aku belum melalui masa-masa ospek. Hmm aneh kan. Selesai mandi dan bersiap-siap, aku turun untuk sarapan.
"Bapak Presiden mana Mah ?"
"Udah kemana. Telat sih. Cepet makan, nanti keburu Bian dateng loh."
Tidak lama kemudian. Tid tid. Suara klakson mobil Bian. Dengan bergegas aku ambil roti dan menuju mobil Bian di depan gerbang. Bian adalah sahabat kecilku. Aku dan Bian sudah berteman sejak aku umur 6 tahun, dan sekarang aku beranjak 17 tahun. Ya cukup lama aku dan Bian bersahabat, Dia masih yang terbaik.
"Aku pergi."
Kurang dari 20 menit akhirnya aku dan Bian sampai dikampus. Bian sebenarnya seniorku hanya saja Bian mengambil jurusan Seni Rupa. Kesan pertamaku wow inilah tempat perjuanganku selanjutnya. Fiuh :'(.
"Ra, gw duluan ya. Ntr jam 11an lu udah kosong kan ?" Bian membuyarkan lamunanku.
"Hah ? Oh ia kalo g salah udah kosong. Tapi ga tau deng. Kenapa ?"
"Hmm gw tunggu dikantin ya. Gw mau ke rumah lu dulu ah. Lagu rungsing nih sama cowok gw."
"Baiklaaah."
***
Dua mata pelajaran sudah aku lewati. Hmm lumayan lah buat hari pertama. Aku pun segera menuju kantin bertemu Bian.
"Bi !" Aku melambaikan tangan ke arah Bian.
"Hey. Sini." Bian melambaikan tangannya juga dan terihat ia sedang bersama temannya. Mungkin.
"Ra, kenalin, Rei temen kelas gw."
"Hey !" Aku menjabat tangan Rei ya formalitas untuk orang-orang yang sedang berkenalan lah.
"Hey juga." Ucap Rei.
Cukup lama kita berbincang-bincang dikantin. Hingga tanpa disadari aku dan Rei yang baru dikenalkan Bian menjadi dekat. Akhirnya kita pun memutuskan untuk pulang.
"Bi, Rei itu cewek y ?" Tanya ku.
"Reihana kepanjangannya. Ya emang tomboy dia orangnya. Boyish gitu."
"Hmm keren tuh cewek." Sambil mengangkatkan ibu jariku.
"Ember. Dia temen pertama gue tuh. Tapi dia emang senior sih. Gila hasil photography-nya keren-keren banget beuh." Ucap Bian tanda semangat.
"Oh ia ? Jadi pengen liat gue."
"Besoh deh gw liatin"
Dan sampailah kita dirumahku.
***
Dikampus setelah mata kuliah selesai.
"Hey." Rei dan Bian mengagetkanku.
"Ngagetin aja lu pada."
"Eh, ospek mahasiswa baru diadain besok yah ?" Rei bertanya padaku yang memang tengah sibuk memperhatikan jadwal apa-apa saja yang harus dibawa saat ospek.
"He eh nih. Seru ga ?" Tanyaku penasaran.
"Ya lu rasain aja sendiri besok."
Dan ahkirnya. Ya !! Hari ospek itu pun datang. Semua senior khususnya dari jurusan Bahasa Inggris bersiap untuk menospek kita para junior. Beberapa jam berlalu, beberapa jam pula lah aku melewati neraka kampus. Ketika salah satu senior, Diva sedang mengoceh entahlah ngomong apa. Aku tidak terlalu menghiraukan dan aku malah ketawa-ketiwi sama teman sebelahku. Unfortunately Diva melihatku tertawa.
"Kamu ! Ada yang lucu ?" Dia menghampiriku dengan muka super juteknya.
"Ngga. Cuma lucu aja liat muka yang marah-marah"
"Maksud lu, gw ? Hah ? Lu kaya gini aja udah so cantik, gimana jeleknya ?" Dengan lempeng aku menjawab, "Kaya kamu mungkin."
Mendengar jawabanku, Diva si senior langsung membalikan badan dan pergi meninggalkanku. Speechless mungkin dia. Hahahaha.
***
Beberapa minggu berlalu setelah kejadian ospek. Aku belum bertemu dengan Bian dan Rei lagi. Mereka memang tengah sibuk menyusun skripsi yang hendak mereka selesaikan. Baru hari ini aku akhirnya bisa bertemu sahabatku, Bian. Aku pun bercerita panjang lebar tentang kejadian ospek kemarin yang membuatku terkenal dikalangan senior karena berani melawan kata-kata Diva yang katanya senior paling ditakuti. "Hah lu ngomong gitu ?" Bian tertawa mendengar ceritaku tentang kejadian ospek.
"Ia reflek aja gitu. Suer deh gue juga takut pas udahnya."
"Yaudah lah nyantai aja. Diva berani kalo lagi sama buntut-buntutnya. Dia udah terkenal laagi sering nindas juniornya."
"Hah ? Masih jaman ya tinda menindas. G ada kerjaan yang lebih bermutu apa."
"Udah nyantai. Sewot mulu lu dari tadi." Bian menenangkanku yang memang legi kesal.
Hmm entah benar atau tidak aku tidak peduli.
"Oh ia, Rei mana, Bi ?"
"Hmm dia..hmm..dia ada perlu sama keluarganya. Jadi dia absen tadi."
Ada yang aneh. Raut wajah Bian berubah ketika aku bertanya tentang Rei. Aku tahu ada yang tidak beres.
"Oh, dan sekarang gue ga ada gunanya untuk tau kalo temen gue lagi ada masalah ?" Aku bicara terkesan so' tahu. Tapi bodo ah.
"Okey Ra. Maaf kalo gw ga bisa jujur sama lu tadi. Rei emang lagi ada masalah. Orang tuanya lagi proses perceraian dan Rei baru tau semua dari tantenya kemarin. Padahal masalah ini udah satu tahun yang lalu."
Kagetnya aku mendengar apa yang di ucapkan Bian. Rei pasti sedang butuh kita, aku dan Bian.
"Lu udah coba kerumahnya ?" Bian mengelengkan kepalanya. Aku pun angakt bicara.
"Ya udah sekarang kita kerumah Rei yu ?"
Tanpa jawaban dari Bian , kami pun segera pergi ke rumah Rei.
Ting tong. Pintu rumah Rei terbuka, dan sepi didalamnya. aku dan Bian pun masuk dan melihat Rei sedang menonton TV dengan mata yang super lebam. Menagis semalaman mungkin. Saat melihat kedatangan kita pun, Rei langsung bangun dari duduknya dan memeluk kita berdua. Dan menangis. Seraya menangis, Rei menceritakan masalah dalam keluarganya. Kasihan dia. Dia anak tunggal dikeluarganya, Rei memang anak orang mapan, tapi semua terasa sia-sia ketika Rei menyadari bahwa orang tuanya tidak pernah ada waktu untuknya. Melihat perubahan Rei atau merasa bangga atas prestasi-prestasi Rei saja orang tuanya seperti tak ada waktu.
Hari itu, kita semua menempatkan diri sebagai 'The Real Friend' yang siap hadir untuk satu sama lain. Aku sayang sahabat-sahabatku Tuhan.
***
Hari kemarin mungkin hari yang terberat untuk Rei. Usahaku dan BIan untuk menghiburnya mungkin tidak cukup, tapi mungkin membantu dan Rei kini kembali punya semangat.
"Pulang dari kampus kita nonton yu ?" Ajak Rei.
"Apa sih yang ngga buat lu." Celotehan Bian membuatku dan Rei tertawa. Tapi tiba-tiba . . .
"Heh lu cewek so' cantik !" Buset si nenek sihir datang lagi.
"Kita selesein aja deh masalah kita. Males gue berurusan sama lu." Hmm bener kata Bian, dia berani kalo lagi ada pengikutnya. cih PATHETIC.
"Masalah kita ? Gue ga pernah punya masalah sama lu. Sebenernya masalah lu apa sih hah selalu nindas para junior lu ?"
"Oh. Lu ingin tau ? Karena gw ingin. Dan ga ada yang bisa ngalangin gw. Karena gw ingin dapet perhatian dari semua orang. Karena gw ga ingin dapet semua itu dari temen-temen gw, pacar gw, bahkan orang tua gw ! Puas lo !"
Entah kenapa dia jadi curhat colongan gini. Terlihat dia seperti menahan tangis. Dan Rei angkat bicara.
"Oh jadi gitu. Jadi karena semua itu lu ngelakuin hal yang sangat ga dewasa ? Asal lu tau Va, ga cuma lu aja yang ga dapet perhatian, khususnya perhatian dari orang tua. Dewasa dong lu ! Ga semua yang lu ingini tuh bisa langsung kecapai." Diva terlihat terdiam saat mendengar perkataan Rei.
"Gw emang ga ngerti dan ga tau gimana rasanya ada diposisi kalian. Tapi cukuplah Va. Ga usah lagi lu ninda junior-junior lu cuma buat cari perhatian yang ga lu dapetin."
Diva tertegun cukup lama, dan akhirnya buka mulut.
"Cara gue salah. Ya kan ? Maafin gue. Gue belum bisa bersikap dewasa. Maafin gue."
"Baguslah kalo lu nyadar." Jawabanku masih agak ketus.
"Asal lu mau berubah Va. Lu udah bersikap dewasa tuh."
Hanya maaf yang keluar dari mulutnya. "Maafin gue guys. Gue terlalu dibutakan ambisi gue."
"Nah gitu dong. Itu baru Diva yang gue kenal." Dengan muka tiis Rei berkata seperi tiu.
Aku dan Bian bersama-sama berkata, "Hah dia dulu temen lu ?"
Dan kita semua pun tertawa menandakan semua baik-baik saja. Terima kasih Tuhan, Kau pertemukan aku dengan mereka ditempat asing seperti ini. Ya sahabat-sahabatku, termasuk Diva.

1 komentar:

HappyBoyz_Royz mengatakan...

tema yang bagus...mengusung persahabatan dalam cerpen kamu merupakan tema yang bagus...

ada beberapah hal yang harus kamu perhatikan...kerapatan alur yang ada dalam cerpen kamu masih kurang, hal tersebut membuat cerpen kamu seolah terlalu meloncat...

secara keseluruhan cerita yang kamu buat sudah bagus...
lanjutkan!

Posting Komentar