Rabu, 05 Mei 2010

“Hilanglah Sudah” (Nia Dirgaria X-2)

Sedih dan kecewa, itulah yang selalu tersirat dalam hati dan pikiran Nia dan kedua sahabatnya (Bella dan Melin) saat-saat itu. Mereka merasa terhanyut dalam kesedihan karena mereka akan kehilangan salah satu sahabat kecilnya yang bernama Tita. Gadis cantik yang berjilbab itu telah mengecewakan ketiga sahabat kecilnya tanpa ia sadari. Bagaimana tidak??? Sahabat mereka sejak kecil, yang sangat mereka sayangi, tiba-tiba saja memutuskan untuk menikah setelah ia lulus SMA tahun ini. Tita memutuskan untuk bertunangan pada bulan Mei ini, dan menikah pada bulan Juli tahun 2010 nanti. Betapa kecewanya Bella, Melin, dan Nia ketika mendengar semua itu. Dan kekecewaan itu telah menggantikan tahta banyak kenangan indah mereka pada zaman dahulu.

Kesedihan dan kekecewaan itu semakin menjadi-jadi ketika Bella, Melin, dan Nia berkumpul dan mengenang kenangan-kenangan indah zaman dahulu pada malam itu. Mereka mengingat betul ketika mereka masih anak-anak, mereka sering bermain bersama dan bertingkah laku sangat konyol. Mereka shalat berjamaah bersama di mushola rumah Melin, setelah shalat berjamaah selesai, mereka tak tega melihat salah satu sahabatnya, Tita, yang selalu menggaruk-garuk kepalanya, karena di kepalanya Tita terdapat binatang kerdil yang selalu bertelur, berkembangbiak dan hobinya berjalan-jalan di kulit kepala yang kotor, binatang itu adalah kutu rambut. Dari situ mereka langsung mencari kutu-kutu itu tanpa merasa jijik walau awalnya Tita tak mau sahabat-sahabatnya melakukan hal itu, mungkin karena Tita malu. Karena mereka berempat kelelahan, merekapun ketiduran di mushola itu sampai sore harinya. Ketika mereka terbangun dari tidurnya, mereka segera pulang ke rumahnya masing-masing. Mereka tidak bilang terlebih dahulu pada orang tua mereka kalau mereka akan bermain sampai sesore itu, sehingga mereka ketakutan, takut apabila orang tua mereka memarahi mereka ketika mereka sampai di rumah. Tapi ternyata orang tua mereka tak memarahi mereka, karena sebelumnya orang tua mereka mengunjungi rumah Melin dan melihat anak-anaknya yang sedang tidur siang bersama di rumah Melin.

Selain itu, mereka juga mengingat kenangan saat mereka berusia kira-kira 10 tahunan sampai 12 tahunan. Bella, Melin, Tita, dan Nia brebeda usia. Ketika itu, Nia baru berusia 10 tahun, Melin dan Bella berusia 11 tahun, dan Tita berusia 12 tahun. Saat itu, mereka masih sering berkumpul dan bermain bersama pada setiap harinya. Tentunya, mereka sudah tidak bermain permainan anak kecil lagi, karena bisa dibilang pada saat itu mereka mulai beranjak dewasa. Mereka memasak makanan-makanan yang mereka ciptakan sendiri dari bahan-bahan yang ada, dan makan makanan-makanan tersebut. Walaupun makanannya kurang enak, tapi mereka rasa makanan-makanan hasil ciptaan mereka sendiri itu sangatlah lezat. Setelah membereskan peralatan-peralatan dapur, mereka bergegas ke atas genting dan bermain disana. Banyak hal yang mereka lakukan di atas genting saat itu. Mereka bermain perosotan, membuat ramuan-ramuan aneh yang mereka buat dari campuran tanah dan bebatuan di sekitar mereka. Memang dasar ide jail terkadang datang tiba-tiba, sehingga akhirnya mereka menumpahkan ramuan-ramuan aneh tadi ke jemuran tetangga yang sedang di jemur di atas genting sebelah rumah Melin dan membuat jemuran-jemuran itu menjadi kotor. Bukannya merasa bersalah, tapi mereka tertawa terbahak-bahak tanpa merasa bersalah. Salah satu sahabat mereka, Melin, tak bisa turun dari genting secara cepat padahal Melin ingin segera ke kamar mandi. Melin mencoba untuk menahannya, tapi karena Melin terus tertawa, ia tak bisa menahannya. Akhirnya di tempat itulah Melin kencing di celana. Oh my god.. itu sangat memalukan! Canda tawanya semakin menjadi-jadi pada saat itu. Yang paling tak bisa dilupakan, ketika Nia bertanya dengan wajah polosnya, “Rasa air kencing itu apa sih?”. Untuk membuktikan pertanyaan salah satu sahabat mereka yang paling kecil itu, tanpa ada yang memerintah, Melin langsung menyentuh air kencingnya dengan jari telunjuknya dan mengoleskan pada lidahnya. Melin pun mengerutkan wajahnya, dan berkata “Asinn..!”. Ya ampuunnn.. itu sangat menjijikan!!! Tapi ketiga sahabatnya malah tertawa melihat semua kejadian itu, dan langsung membantu Melin yang kesulitan turun dari atas genting. Mungkin karena kepolosan mereka pada saat itu, mereka belum bisa membedakan mana yang baik dan yang buruk.

Dan ketika mereka telah menjadi seorang remaja, semua itu sudah berubah. Mereka tumbuh menjadi seorang gadis yang hobby nya berfoto-foto, dimanapun itu. Persahabatan mereka semakin erat, mereka tambah saling mengetahui karakter satu sama lain. Karena semakin eratnya persahabatan mereka, mereka membuat suatu perkumpulan yang diberi nama “Tamelani” yang anggotanya terdiri dari Tita, Melin, Bella, dan Nia. Waktu itu, pada saat RT mengadakan acara kemping, mereka ikut. Mereka kemping bersama warga RT lainnya di Ranca Upas. Yang sangat menarik pada saat itu, ketika tengah malam, Melin kebelet, ia ingin ke kamar mandi. Dengan tiba-tiba ia terbangun dari tidurnya dan menarik seorang remaja senior lelaki, Om Adi, yang berada di luar tenda untuk mengantarnya ke kamar mandi. Melin pun segera lari karena ia tak kuat menahannya, tak lama kemudian terdengar suara “bruukkk..”. Ketiga sahabatnya dan warga lain yang berada di sekitar tenda heran akan suara yang berasal dari kamar mandi itu. Ketika Melin dan Om Adi kembali, Om Adi tertawa terbahak-bahak sambil berkata bahwa suara tadi itu adalah suara kotak amal yang ada di WC umum, yang terjatuh akibat ditabrak oleh Melin yang sedang berlari. Semuanya tertawa terbahak-bahak juga pada saat itu.

Kenangan-kenangan indah itu takkan pernah bisa untuk dilupakan. Sekarang ketika mereka sudah menjadi remaja yang sesungguhnya, mereka jarang sekali bertemu. Mereka sibuk sekali dengan aktivitasnya masing-masing di Sekolahnya. Mereka juga sibuk dengan kekasih mereka masing-masing, sehingga mereka jarang sekali berkomunikasi satu sama lain. Bukan itu saja yang menyebabkan mereka sampai saat ini jarang sekali bertemu, melainkan ada satu hal yang sudah pasti bisa dibilang merusak persahabatan antara mereka. Hal itu adalah seorang gadis dan keluarganya yang pindah ke lingkungan daerah mereka. Kehadiran gadis dan keluarganya itu sangat mengganggu kehidupan warga sekitar tersebut. Gadis itu bernama Widya. Widya adalah seorang gadis yang menurut warga sekitar memiliki kepribadian yang cukup buruk. Ia mengajak kekasihnya datang ke rumahnya dan berpacaran secara negatif di pagar rumahnya setiap malam hari. Sungguh tak pantas dicontoh perilaku tersebut! Tapi kedua orang tuanya tak pernah memarahinya walaupun mungkin mereka juga tahu kalau anaknya itu berperilaku negatif. Bagaimana tidak suka kalau sahabat-sahabatnya Tita dari kecil melihat Tita yang tiba-tiba akrab dengan anak perempuan yang berperilaku negatif itu ??? Setelah Tita akrab dengan Widya, ia lupa akan sahabat-sahabat kecilnya. Tita tak pernah bermain bersama sahabat-sahabatnya lagi, Tita malah mementingkan untuk ikut berjalan-jalan dan bermain bersama Widya dibandingkan bermain dengan ketiga sahabatnya. Sungguh kecewanya mereka pada salah satu sahabatnya itu. Sejak saat itulah mereka tak pernah bermain bersama lagi. Bella, Melin, dan Nia pun jarang bermain lagi tapi mereka tetap berkomunikasi walau itupun sangat jarang.

Hilanglah sudah kenangan indah itu.. Ingin rasanya mereka bisa berkumpul seperti dahulu lagi, bercanda, berbagi satu sama lain. Kini, semua itu telah hancur. Persahabatan indah yang mereka rajut selama beberapa tahun lamanya berubah menjadi sebuah kepahitan.

Dengan tiba-tiba saja kabar itu menggemparkan warga sekitar, khususnya ketiga sahabatnya. Bagaikan petir menyambar di siang bolong, kaget, sedih, benci, tak suka, kecewa, mungkin itulah yang Bella, Melin, dan Nia rasakan pada saat itu. Mana ada sahabat yang ingin melihat sahabatnya sendiri tak bisa menggapai impiannya??? Seorang sahabat pastilah ingin melihat sahabatnya sukses, bahagia, dan bisa menggapai apa yang dicita-citakannya. Bukan malah melihat sahabatnya itu menikah seusai sahabatnya itu berjuang memakan bangku sekolah selama 12 tahun. Itulah yang membuat ketiga sahabat kecil Tita merasa kaget, sedih sekaligus kecewa terhadapnya. Yang membuat ketiga sahabatnya tak suka melihatnya menikah, Tita menikah dengan seorang laki-laki yang belum memiliki pekerjaan sendiri, laki-laki itu hanya bekerja di Perusahaan milik kedua orang tuanya. Ya.. bisa dibilang, Tita terbutakan oleh harta kekayaan keluarga calon suaminya. Dan yang paling ketiga sahabatnya benci, Tita itu akan menikah dengan seorang laki-laki yang ternyata ada ikatan saudara dengan Widya si anak berperilaku negatif itu. Sungguh mereka tak terima ketika tahu semua itu, tak ada kata-kata yang bisa diungkapkan lagi oleh mereka sebagai sahabatnya.

Sampai saat-saat inipun, ketiga sahabatnya selalu bertanya-tanya “Mengapa Tita menjadi berubah drastis seperti itu? Ia berubah, awalnya dia adalah seorang gadis cantik berjilbab yang berbudi pekerti luhur, tapi sekarang ia beruh menjadi gadis yang tergila-gila oleh harta kekayaan, ia tak memikirkan lagi masa depannya karena ia yakin ia akan hidup berbahagia dengan calon suaminya itu”. Tak ada lagi yang bisa dilakukan untuk mencegah pernikahan itu, karena Bella, Melin, Nia tak memiliki hak apa-apa untuk melarang Tita menikah. Mereka hanya bisa duduk terdiam, termerenung, dan mendoakan semoga hal-hal terbaik selalu mengiringi langkah sahabatnya itu. Dan mereka pun akhirnya merelakan sahabatnya pergi dari kehidupan mereka karena mereka bertiga menyadari bahwa seorang sahabat tak bisa menentukan masa depan sahabatnya sendiri, karena yang akan menjalankan masa depan sahabatnya itu bukan dirinya melainkan sahabatnya itu sendiri. Mereka juga merelakan sahabatnya pergi, mungkin karena mereka percaya kepada sahabatnya kalau jalan hidup yang dipilihnya itu merupakan jalan yang terbaik yang ia pilih untuk kebahagiaannya di masa depan dan karena keadaan keluarganya yang sangatlah sederhana, ia memutuskan untuk memilih jalan hidup seperti itu.

Ketiga sahabatnya hanya bisa tersenyum walau dalam hatinya takkan pernah rela melihat sahabat terbaiknya dibawa pergi oleh seseorang yang mereka kurang sukai, dan hanya bisa merangkai kata-kata singkat untuk hari perpisahannya nanti. Walaupun Tita telah mengecewakan ketiga sahabat kecilnya, tapi Tita tetap sahabat terbaik bagi mereka.

2 komentar:

HappyBoyz_Royz mengatakan...

cukup menarik...
tapi alur yang disajikan kurang jelas...

tingkatkan lagi kemampuan menulismu!

X-2 Site's mengatakan...

setuju banget ama bapa .
lo alurnya jelas pati lebih rame nihon .
hhe .

Posting Komentar