Jumat, 14 Mei 2010

Adakah Kata Maaf Untuknya (Cici D. X-2)

Nama ku Putri, aku adalah seorang pelajar kelas 3 di sebuah SMP di daerah Bandung. Sama seperti anak-anak seusia ku, aku juga sudah mulai mengenal yang namanya cinta, yaa mencintai dan dicintai. Mungkin itu yang sedang aku rasakan saat ini. Sudah 2 bulan lebih aku menjalani kisah kasih dengan seseorang yang sangat aku sayangi. Dia adalah Ramdan, seorang pelajar kelas 2 disalah satu SMA di Bandung. Hubungan kami berjalan sangat baik, bahkan bisa dibilang tak pernah ada masalah. Setiap hari kami berangkat dan pulang sekolah bersama, walaupun sekolah kami berjauhan, tapi Ramdan tak pernah absen mengantar dan menjemput ku sekolah.

Itulah yang membuatku mulai menyayanginya. Karna memang awal aku menerimanya bukan karna cinta, tapi hanya sebatas kasihan, tak ada perasaan sayang sedikitpun dihatiku untuknya. Tapi karna sikapnya yang sangat perhatian kepadaku, semakin hari rasa sayangku semakin bertambah kepadanya.

Selama 2 bulan ini, aku mulai menyadari bahwa aku tak mau kehilangan Ramdan. Perasaan sayangku semakin besar kepadanya. Aku tak ingin menyakiti Ramdan seperti aku menyakiti orang-orang yang pernah mengisi hatiku dimasa lalu.

Sejak itu yang ada dihati dan pikiranku hanyalah Ramdan. Tak pernah ada yang lain. Bahkan Ananda, laki-laki yang pernah aku sayangi selama 3 tahun, aku lupakan begitu saja.

Ramdan…. Ramdan….. dan Ramdan……

Itulah yang aku tulis setiap hari hampir disemua buku catatan sekolah ku. Tak pernah bosan aku menulis namanya.

Aku tak pernah bisa melupakannya sedetik pun.

* * *

Hari berganti hari, minggu berganti minggu.

Sikap Ramdan semakin berubah, dia tak seperti dulu.

Dia tak pernah memberi kabar padaku, seolah-olah lenyap di telan bumi. Kemanakah dirinya? Itulah pertanyaan yang selalu hinggap di benakku setiap hari. Banyak orang yang mengatakan bahwa Ramdan selingkuh. Tapi aku tak mempedulikan semua orang menjelek-jelekan Ramdan. Bahkan Dinda sahabatku sendiri yang mengatakan semua itu, tapi aku tetap tak mempercayainya. Aku percaya pada Ramdan. Aku sangat menyayanginya. Ya Tuhan aku sangat merindukannya. Aku semakin menyadari bahwa aku tak mau kehilangannya. Itulah yang selalu ada dipikiranku.

Setiap hari aku dihantui rasa gelisah karena rindu yang sangat menggebu. Selalu berharap untuk bertemu dengannya walau hanya untuk melepas Rindu.

* * *

Beberapa hari kemudian ada seseorang yang mengetuk pintu rumahku. Betapa senangnya aku saat itu, ternyata yang mengetuk pintu rumah ku itu adalah kak Dian, dia adalah kakak kandung Ramdan. Sebelum mengenal Ramdan aku memang pernah dekat dengan kak Dian, dan pernah ada perasaan suka dihatiku kepadanya. Aku membukakan pintu sembari tersenyum manis untuknya.

“Kakak, tumben dateng kerumah. Ada apa kak?” tanya ku dengan perasaan bahagia.

“Ini dhe, kakak kesini mau ngasihin ini buat kamu” tutur kak Dian sembari memberikan sebuah undangan berwarna biru.

Aku mengambil undangan itu dengan parasaan penasaran yang luar biasa. Kemudian aku membuka undangan itu, ternyata itu adalah undangan pernikahan. Yaa pernikahan kak Dian dengan seorang perempuan bernama Santi. Saat itu tubuh ku lansung lemas, ternyata seseorang yang pernah aku sayang akan menikah. Perasaan sedih bercampur kecewa lansung membuatku terdiam. Tapi aku berusaha untuk sadar, karena didepan ku masih ada kak Dian.

“Kakak mau menikah?” tanyaku dengan raut wajah yang masih kaget.

“Iya dhe. Dateng ya….!” jawab kak Dian dengan wajah yang sangat bahagia.

“Iya kak” jawabku begitu singkat.

Kemudian kak Dian pamit untuk pulang. Aku segera masuk kedalam rumah dan menggambil telepon untuk menelepon sahabatku, Dinda. Aku menceritakan semuanya kepada Dinda, dan aku memintanya untuk menemaniku datang kepesta itu. Akhirnya Dinda bersedia menemaniku datang kepesta.

Yang aku aneh saat itu, kenapa Ramdan tak memberitahuku tentang pernikahan kakak nya. Tapi ya sudah lah, mungkin dia sibuk. Aku berusaha berfikir positif.

* * *

Minggu, 18 Januari 2009, tanggal parayaan pesta yang tercantum pada undangan. Hari itu aku dan Dinda bersiap-siap untuk pergi ke pesta, jam satu siang kami berangkat dari rumah.

“Beneran Put kamu mau dateng?” tanya Dinda merasa tak yakin dengan keputusan ku.

“Iyalah Din, gak enak kan kalau aku gak dateng. Aku dah terlanjur bilang iya sama kak Dian. Siapa tahu juga aku ketemu sama Ramdan. Iya kan?” jawabku berusaha meyakinkan Dinda.

“Yaudah kalau begitu, aku nurutin kamu aja” Dinda mengikuti keinginan ku.

Kami sampai ditempat berlansungnya acara jam satu lebih tiga puluh menit. Kami lansung menghampiri kak Dian yang berada disamping seorang perempuan yang tidak aku kenal.

“Kamu dateng juga dhe, kakak tunggu dari tadi, kirain gak akan dateng” ucap kak Dian ketika aku datang menghampiri untuk bersilaturahmi kepadanya dan perempuan disampingnya.

Bibirku terasa dingin dan membeku, aku tak mampu berkata apa-apa dan hanya bisa tersenyum dengan terpaksa untuk membalas ucapan kak Dian.

Aku dan Dinda duduk dikursi untuk tamu. Kami hanya duduk melihat tamu yang keluar masuk dari tempat berlansungnya acara itu. Karna memang niat ku hanya untuk memenuhi janjiku kepada kak Dian untuk datang di pesta pernikahannya.

Aku kemudian teringat kepada Ramdan. Aku berusaha mencarinya diantara ratusan tamu undangan yang hadir. Tapi aku tak menemukannya.

Tak lama kemudian aku melihat orang yang menghampiri kak Dian, dan itu adalah Ramdan. Betapa senangnya aku saat itu, bisa melihat seseorang yang benar-benar aku rindu. Saat aku hendak memanggilnya, tiba-tiba datang seorang perempuan mendekati Ramdan. Ramdan begitu dekat dengan perempuan itu, mereka seperti sepasang kekasih. Mereka berjalan berpegangan tangan, dan melintas di depan kedua mataku tanpa menghiraukan ku. Bagaikan disambar petir, perasaan ku saat itu benar-benar bercampur. Ingin rasanya aku marah kepada ramdan saat itu, tapi apalah daya ku, aku tak kuasa melakukan semua itu. Aku hanya berusaha menahan tetesan air mata yang hampir jatuh ke pipiku. Dinda hanya terdiam melihat semua itu. Kemudian aku menanyakan semuanya kepada teman-teman Ramdan. Awalnya mereka tak mau mengatakannya kepadaku, tapi karna aku memaksa, akhirnya temen-temannya menceritakan semuanya. Setelah mendengar cerita itu, aku lansung menarik tangan Dinda dan mengajaknya pulang. Aku melintas didepan Ramdan dan memandangnya dengan penuh kemarahan. Tapi dia tak menghiraukan semua itu, dia mungkin hanya menganggapku angin yang berhembus didepannya.

* * *

Ternyata yang orang-orang katakan selama ini benar, Ramdan selingkuh. Betapa hancurnya hatiku saat itu. Aku tetap tak bisa menerima semuanya. Tapi itu semua adalah kenyataan, kenyataan yang terus aku tangisi. Kenapa harus Ramdan? Kenapa? Kenapa saat aku benar-benar menyayanginya, dia nyakitin aku? Semua pertanyaan itu yang terus ada dihatiku. Ingin rasanya aku membenci semua laki-laki. Tapi ketika itu aku tersadar, itu bukanlah jalan keluar dari masalahku sekarang. Aku berusaha melupakan Ramdan. Berusaha menyembunyikan rasa sakit hatiku dari orang lain.

Akhirnya dengan seiring berjalannya waktu, aku bisa melupakannya, walaupun itu memerlukan waktu yang lama. Hampir selama 9 bulan aku berusaha melupakannya. Sampai sekarang aku kelas 1 SMA.

Rasa sakit dihati aku tak akan pernah hilang, rasa sakit itu akan membekas selamanya. Tapi aku berusaha untuk tak membencinya. Aku tak ingin membenci seseorang, karena itu hanya akan menambah dosaku.

1 komentar:

HappyBoyz_Royz mengatakan...

cerpen yang menarik !!
lebih tingkatkan lagi kemampuan menulismu
semangat!!!!

Posting Komentar