Rabu, 05 Mei 2010

SALAH SANGKA (Nur Widianti X-2)

“Percaya dah sama gue!” Rizki mencoba meyakinkan Dian. “Ah, gue bosen berurusan sama loe! Gue nggak mau terima ini!” Dian menyerahkan kembali kotak pink berpita itu. ”Dian yang manis… ayolah, ini sebagai tanda perdamaian kita! Gue udah cape jailin loe tiap hari! So, terima ya… ini sebagai tanda persahabatan kita.” Akhirnya, Dian mau menerima kotak pink berpita itu. Tapi, setelah Dian membuka kotak pink itu… ”Aaaaa!!” jerit Dian dan menjatuhkan kotak pink itu lalu berlari menjauhi kotak pink itu. “Riiiiizzzkkkiiii……!!! Gilaaaa! Sumpah, gue benci banget sama loe!” teriakan Dian terdengar oleh seluruh siswa yang berada di koridor saat itu. Dian menjerit, karena dia melihat cicak didalam kotak pink itu, cicak yang sangat ditakutinya. Rizki hanya pergi sambil tertawa karena mendengar jeritan Dian. “dasar cowok nyebelin...” gerutu Dian sambil masuk ke kelasnya. “dasar cewek cantik tapi blo’on!” balas Rizki yang ternyata mengikuti Dian dari belakang, Dian menoleh dan… “hah?” kaget melihat Rizki yang tiba-tiba ada di belakangnya, “loe? Ngapain sih loe ngikutin gue?” tanya Dian dengan sedikit berteriak. “gue mau masuk kelas lah!! Guekan kelasnya disini juga, lupa ya non?” jawab Rizki. “Ihh…” ujar Dian kesal lalu pergi menemui kedua sahabatnya yang sedang berada di kantin. Lina dan Shella. “Dian kenapa lagi loe? Di jailin sama Rizki lagi ya?” tebak Lina yang melihat sahabatnya manyun. “Iya… siapa lagi kalau bukan Rizki yang bisa buat gue manyun gini karena kesel sama dia!” jawab Dian yang terlihat semakin kesal pada Rizki. “Emang gila tu si Rizki, ngapain sih jailin loe terus? Nggak ada kerjaan banget sih itu orang.” Kata Shella membela Dian. “Mungkin, dia suka sama loe!” kata Lina dengan menahan tawa. Dian terdiam mendengar perkataan Lina barusan. “suka? Masa suka kaya gitu sih?” pikir Dian.

Tiba-tiba, “maaf, boleh aku ikut gabung disini?” tanya Tian teman sekelas Dian yang juga sahabatnya Rizki. “boleh…boleh banget.” Jawab Shella. “Dian, kamu tadi di jailin lagi sama Rizki ya?” tanya Tian. Dian mengangguk. “makasih bu…” kata Tian setelah menerima pesanannya. “Eh Dian, aku minta maaf atas nama Rizki!!” lanjut Tian, dan mulai memakan makanannya. “Loh… kok loe yang minta maaf? Kan si Rizki yang salah bukan loe.” Tanya Dian heran. “Iya aku Cuma nggak enak aja sama kamu. Rizki kan teman aku, maasa Rizki punya salah sama kamu aku diem aja.” Jawab Tian kalem. “Beruntung banget si Rizki punya teman kayak kamu.” Puji Dian. “Iya… beruntung banget, udah baik, ganteng, pinter, ramah pula.” Shella juga ikut memuji Tian. Tian hanya tersenyum. “Teeeeeetttt!!!” bel masuk berbunyi. Tian dan Dian masuk ke kelas mereka, 7A, sedangkan Shella dan Lina masuk ke kelas 7C.

“Kata Bu Imah, baca-baca dulu buku sejarahnya, 10 menit, nanti pas Bu Imas masuk langsung ulangan!” terian Anjar ketua kelas 7A. “Ulangan? Mampus gue!! Gue kan belum belajar tadi malam, terus di kasih waktu Cuma 10 menit lagi. Mana bisa menghafal 10 menit!” gerutu Dian kesal. Dian terlihat stress dan bingung setengah mati. Tapi tiba-tiba ada yang berbisik kepadanya, “tenang Dian, nanti aku kasih tau jawabannya!” Dian menoleh, wajah Tian ada di belakangnya. Yupz, Tian yang barusan berbisik. “Serius loe, mau bantuin gue?” tanya Dian ragu. “Yaaa… aku serius! Kamu kan teman aku, sesama teman kan harus saling membantu.” Jawab Tian meyakinkan Dian. “Bolehkah aku duduk disini? Biar gampang ngasih tahunya!” lanjut Tian. “Ya boleh!! Tapi, benar ya bantuin?” tanya Dian yang masih nggak percaya kalau Tian mau bantuin. Tian hanya mengangguk dan tersenyum pada Dian.

Ulangan telah selesai. “Thanks ya.. udah bantuin gue!” kata Dian pada Tian. “Ya… sama-sama” ujar Tian.

Setelah kejadian itu, yupz.. Tian bantuin Dian ngejain ulangan sejarah. Mereka berdua menjadi dekat, sangat dekat. Setiap ada Dian pasti disitu juga ada Tian. Itu membuat Rizki kesal karena dia nggak bisa jailin Dian lagi. “Tian, apa sih maksud loe deketin si Dian?” tanya Rizki sinis. “Emangnya kenapa? Nggak boleh? Aku suka sama Dian. Aku nggak mau liat kamu gangguin Dian lagi!” jawab Tian, yang keliatannya marah banget sama Rizki. Rizki melongo. Dia baru kali ini melihat Dian semarah itu, sebelumnya dia nggak pernah ngeliat Tian marah sama orang. “Kenapa kamu diem? Kamu nggak suka ngeliat aku deketin Dian? Kamu cemburu? Jawab Rizki!!!” tanya Tian dengan nada bicara yang semakin naik. “Gue…gue…gue…” jawab Rizki gugup, lalu dia berlari meninggalkan Tian.

Keesokan harinya, Tian dan Rizki keliatan tidak akur. Mereka bermusuhan, bahkan Tian terlihat tidak mau sebangku lagi dengan Rizki dan memutuskan untuk sebangku dengan Dian. “Hei… kenapa kamu? Lagi marahan sama Rizki ya?” tanya Dian. “Iya… eh kok tumben bilang kamu? Biasanya juga bilang loe!” tanya Tian heran. “ehm..gue, eh… aku pengen aja belajar ngomong sopan, kenapa nggak boleh?” jawab Dian agak salting. Tian hanya tertawa melihat sikap Tian barusan.

Sepulang sekolah, Tian memutuskan untuk nganterin Dian pulang. Mereka berdua mutusin buat jalan kaki, karena kebetulan rumah Dian tidak terlalu jauh dari sekolah. Selama perjalanan, mereka hanya diam. Dian terlalu malu untuk memulai pembicaraan, dia takut salting lagi seperti tadi pagi. Akhirnya, mereka sampai di depan rumah Dian. Kali ini Dian berani memulai pembicaraan. “Tian mau mampir dulu nggak?” tanya Dian malu-malu. “ehm…udah sore, lain kali aja mampirnya! Dadah..” jawab Tian lalu melambaikan tangannya dan pergi. Baru saja Dian membuka pagar rumahnya, hpnya berdering. Dilihatnya ada pesan dari Tian, yang isinya:

“Dian, aku menyukaimu sejak pertama kali bertemu! Tadinya, aku pengen

ngomong ini sama kamu tadi, pas aku nganterin kamu, tapi aku malu. Dian

mau nggak jadi pacar aku?”

“Gue juga suka sama loe Tian!!” teriak Dian kegirangan. Dian buru-buru lari, masuk kamar dan membalas pesan dari Tian.

“Iya aku juga sebenarnya suka sama kamu, Tian!

Aku mau jadi pacar kamu.”

Setelah mereka berdua pacaran, Rizki nggak pernah jail lagi sama Dian. Bahkan setelah sebulan mereka pacaran, Rizki pindah sekolah ke Jakarta. Nggak ada guru atau bahkan teman-teman Rizki yang tahu alasan Rizki pindah sekolah. Dia hanya meninggalkan surat untuk Dian, yang isinya:

“Dian, cewek cantik tapi……blo’on!! Hha.. maafin gue yaa… Selama ini gue

selalu jail sama loe. Gue tahu, loe benci banget sama gue, wajar kok!!! Emang… gue udah sangat keterlaluan. Tspi, gue harap loe mau maafin gue. Gue tuh daru dulu pengen banget minta maaf sama loe. Tapi, gue malu mau minta maafnya, skali lagi maafin gue yaa..!!

Oh… Iya loe pernah nanya sama gue kenapa gue sering jailin loe? Sebenarnya… gue suka sama loe. Dari pertama kali kita sekelas, Cuma gue nggak berani ngomongnya. Jadi gue jail terus sama loe supaya gue bisa terus deket sama loe. Hmm… cewek jelek!!! Jaga diri loe baik-baik!! Gue bakalan terus kirim surat buat loe. Jadi, jangan kangen sama gue yaa!!”

Salam Sayang,

Rizki

Dian menangis setelah membaca surat dari Rizki, karena selama ini Dian udah salah sangka sama Rizki. Dia pikir…Rizki itu benci sama dia sampai selalu jailin dia. Tapi ternyata dia salah, Rizki sebenarnya suka sama dia, bukan benci. Dian berharap Rizki kembali lagi ke Bandung, dia ingin mainta maaf sama Rizki, karena salah menilai tentang Rizki.

Nama: Nur Widianti

Kelas: X-2

2 komentar:

HappyBoyz_Royz mengatakan...

ehm.. cerita yang sangat bagussss !!!!
menarikk, sesuai dengan kehidupan remaja masa kini..
selamat anda terpilih menjadi penulis cerpen masa depan !!!
hehe..
teruslah berkarya dan jangan berhenti mbelajar !!

X-2 Site's mengatakan...

ini kuyuy wid .
kereen lahh ceritanya .
ckck .
gw suka cerpen loe !
hahaha .. XD

Posting Komentar