Selasa, 04 Mei 2010

Terbuai dalam Dunia Maya (Mega Oktaviani X-2)

Selama ini dalam hidup ku, aku merasa sangat bahagia. Tak pernah sekali pun aku mengeluh atas hiduplu ini sebab aku berfikir hidup ini adalah karunia Yang Kuasa yang tak patut aku cela, aku mengeluh. Selama nafasku masih berhembus, selama jantungku masih berdetak, dan darahku masih mengalir di sekujur tubuh ini, selama itu pula rasa syukurku pada Yang Kuasa aku panjatkan.

Aku bersyukur sekali pada Yang Kuasa karena telah memberiku mama, papa, sahabat, dan teman-teman yang begitu menyayangiku. Terutama sama dua orang sahabatku yang setia menemaniku disaat suka maupun duka. Oh ya, namaku Lala Tralala. Teman-teman biasa memanggilku Lala. Aku punya dua orang sahabat terrrbaik di dunia, namanya Lili dan Lulu. Memang nama kami kedengaran lucu karena hanya beda huruf vokalnya aja, itu sih karena mamaku, Lili, dan Lulu yang juga bersahabat sewaktu remaja jadi mereka sepakat untuk memberi nama kembar. Dan secara gak langsung persahabatabku dengan Lili dan Lulu adalah warisan dari mama-mama kami.

Aku, Lili dan Lulu selalu bersama-sama.mulai dari Taman Kanak-Kanak, Sekolah Dasar, SMP bahkan sampai sekarang SMA. Rumah kami pun bertetangga.Saking akrabnya kami, teman-teman memanggil kami dengan sebutan "Trio Dasyat". Selain karena tingkah kami yang kocak juga karena rasa persahabatan kami yang duasyat jadi kami terkenal dengan sebutan itu. Tapi kami bangga dengan sebutan itu, yaaa itung-itung penghargaan dari teman-teman.

Sekolahku libur panjang, jadi aku,Lili,dan Lulu berencana bertamasya bersama. Kali ini kami memilih tempat yang berkaitan dengan alam liar. Kami memutuskan berpetualang ke Gunung Maia. Kami berangkat dari rumah Lulu pagi sekali dan sampai disana sore hari. Meski sang surya hampir tebenam, perjalanan tetap kami lanjutkan.

Akhirnya kami tiba disebuah rumah yang terbuat dari bilik. Rumah itu milik seorang kakek tua, beliau sudah sangat renta.Karena hari sudah larut malam kami terpaksa ikut bermalam disana. Sebenarnya sih kami gak mau merepotkan kakek tapi apa boleh buat keadaan yang memaksa kami. Kami asyik berbincang-bincang dengan beliau. Ditengah perbincangan kami, tiba-tiba kakek memberi sebuah gulungan kertas pada Lili. Kakek meminta kami untuk berpetualang menjelajahi tempat-tempat yang ada pada gulungan itu. Kami heran gulungan apa yang kakek beri ini?

Kami berpikir sejenak ternyata itu sebuah peta harta karun. Kami loncat kegirangan mendapat peta itu dari kakek. Kami pun cepat tidur dengan perasaan tak sabar menyambut kadatangan mentari pagi.

Pagi sekali kami bangun dan cepat-cepat berangkat untuk mencari harta karun itu. Petualangan kami mencari harta dimulai dari sebuah kebun. Ternyata kebun itu tepat berada di belakang rumah kakek. Di dalamnya terdapat banyak buah-buahan, kami pun mengumpulkan banyak buah untuk bekal diperjalanan. Selama perjalanan di kebun kami tak menemukan rintangan. Kami terus menyusuri kebun dan anehnya kebun itu menembus ke hutan.

Petualangan kami berlanjut ke hutan. Dalam hutan kami melihat banyak monyet. Kami ingat sewaktu di kebun kami membawa banyak buah, lalu kami memberi makan monyet-monyet di hutan. Sedang asyiknya memberi makan kawanan monyet, tiba-tiba muncul dari belakang seekor monyet yang membawa kabur sekantung penuh buah milik kami. Kami tak bisa mengejar monyet nakal itu. Hhmmm, terpaksa kami melanjutkan perjalanan dengan perut keroncongan.

Ketika sedang asyik berjalan kami mendengar suara gemuruh air. Kami mengikuti suara itu dan sampailah kami disuatu air terjun yang pemandangannya yang indah. Selain pemandangannya yang indah, udara disekitar air terjun pun sangat segar. Anehnya air terjun itu airnya terasa hangat dan di dalam airnya banyak sekali ikan. Kebetulan sekali perut kami sedang keroncongan alias lapar, kami segera membagi tugas agar bisa makan. Aku dan Lili bertugas memancing ikan dengan alat-alat yang tersedia di alam tentunya, sedangkan tugas Lulu mencari ranting kering dan membuat api untuk membakar ikan.

Lammaaaaa....sekali aku dan Lili memancing ikan tapi tak satu pun ikan yang berhasil kami dapatkan. Aku masih bersabar dengan hal itu, semua ku lakukan untuk mendapatkan seekor ikan. Lain halnya dangan Lili yang sudah pergi dari sisiku berganti tugas membantu Lulu. Lama-lama-lama dan lammaaaaa sekali aku menunggu hingga hampir habis kasabaranku. Akhirnya..... ku dapatkan juga seekor ikan yang cukup besar. Aku bergegas membawa ikan hasil tangkapanku pada Lili dan Lulu.Tentunya kami cepat-cepat membakar ikan itu.

Saat sedang asyik-asyiknya menyantap ikan, kami dikejutkan oleh seekor monyet yang sedang kelaparan dan hendak merebut ikan bakar kami. Kami segera mengambil langkah seribu dan lari tunggang langgang sambil membawa ikan bakar. Ketika sedang berlari, kakiku tersandung akar pohon yang sangat besar dan ikan bakar kami pun terlempar ke tanah. Dengan perasaan kecewa ku tinggalkan ikan bakarku dan aku tak memperdulikan lagi ikan bakar yang sudah bercampur dengan tanah itu. Aku segera lari menyusul Lili dan Lulu yang sudah jauh meninggalkanku. Cukup jauh dan cukup lelah berlari menjauhi monyet tak tau diri itu kami beristirahat sejenak. Kami termenung dan bertanya-tanya dimana ini???

Ternyata kami tersesat di tengah hutan yang lebat akan pepohonan. Aku teringat akan peta yang kakek berikan ternyata peta itu ikut terjatuh saat kakiku tersandung tadi. Kami menghela nafas dan berfikir mencari jalan untuk bisa kembali ke kebun milik kakek. Sungguh kami benar-benar putus asa. Aku pun melihat keseleliling hutan dan aku melihat lumut pada batang pohon besar. Konon tumbuhnya lumut selalu mengarah ke peradaban. Aku lalu memberitahu Lili dan Lulu, kami memutuskan untuk mengikuti arah lumut tersebut.

Kami berjalan sangat jauh, kaki-kaki kami pun sudah sangat lelah dan berat sekali rasanya untuk berjalan lebih jauh lagi. Dari kejauhan kami melihat sebuah rumah bilik. Rasa lelah kami hilang seketika. Kami berlari menuju rumah itu. Sampai di dekat rumah kami tersentak akan rumah bilik yang berasa tak asing kagi di mata kami. Kami masuk ke dalamnya dan memastikan apakah kami benar-benar mengenali rumah itu. Begitu kami masuk, ternyata itu rumah milik kakek yang memberi kami peta harta karun. Akan tetapi kami tak melihat sang kakek, yang kami lihat hanya peti besar yang sudah usang. Kami membuka peti itu dan......haaaaah.....kami terkejut melihat isi peti yang penuh dengan emas, permata, dan berlian. Kami sangat girang!!!

Tapi setelah dipikir-pikir perjalanan kami mencari harta karun itu sia-sia karena tempat harta karun itu adalah tempat kami berasal. Kami yang susah payah menyusuri kebun dan hutan bahkan kami sampai mengejar-ngejar monyet yang mencuri buah dan dikejar-kejar monyet yang kelaparan, eee.... tetap saja kembalinya ke rumah bilik kakek hanya berbeda sisi. Tetapi kami tak menghiraukan hal itu, kami asyik memandangi dan mengantongi emas, permata dan berlian yang kami temukan dalam peti itu.

Sedang asyik-asyiknya mengantongi harta karun, tiba-tiba aku mendengar suara mama yang memanggilku. Aku terkejut dan terbangun dari tidurku dan aku tersadar bahwah semua petualanganku dan harta karun itu hanya mimpi. Tersadar dari alam mimpi dengan perasaan kecewa karena perasaan senang yang amat dalam, teriakan mama memecahkan buaiankku lagi. Aku lalu turun dari ranjang baruku dan segera mandi untuk pergi ke sekolah dan berusaha melupakan bunga tidur semalam.






NAMA : MEGA OKTANIANI
KELAS : X-2
SEKOLAH : SMAN 1 MARGAHAYU

1 komentar:

HappyBoyz_Royz mengatakan...

hahaha...lucu...
cerita yang menarik!
BAPAK UDAH SErius,eh takk taunya mimpi!

karya yang cukup bagus,akan tetapi ada beberapa hal yang harus diperbaiki.
dalam cerpen ini alur yang digunakan tidak terlalu jelas,seakan-akan cerita terlalu meoncat-loncat!
tingkatkan lagi kemampuan menulis mu!dan jangan segan untuk membaca!

Posting Komentar