Minggu, 16 Mei 2010

Perjuangan dan Motivasi (Arif Dwi S. X-2)

Hari-hari yang indah di jalani keluarga Pak Riki. Keluarga mereka memang bukan keluarga yang bisa mencukupi semua kebutuhan yang diperlukan, tetapi mereka adalah keluarga yang penuh kebahagiaan, mereka jalani kehidupan dengan ikhlas.

Pak Riki bekerja sebagai sopir angkot. Bu Disa, istri Pak Riki bekerja sebagai pembantu rumah tangga. Anak mereka ada empat, Diki, Sasi, Dani, dan Zarli. Pukul 5.00 WIB, Diki dekat dengan sekolah, tetapi dia selalu bangun pagi-pagi karena Diki setiap pagi membantu ayahnya mencuci mobil. Sasi sering membantu ibunya menghidangkan makanan, Dani pun selalu membantu ibunya membersihkan rumah. Begitu pula Zarli, walaupun dia anak paling kecil, bukan berarti bermanja-manja pada ayah dan bunda, malah Zarli sering membantu ayah, bunda, dan kakak-kakaknya.

Selesai membantu ayah dan bunda, Diki, Sasi, Dani, pergi sekolah. Zarli belum sekolah, karena umurnya masih lima tahun. Zarli tidak disekolahkan TK karena ayah dan bunda kurang mampu untuk membiayainya.

Diki adalah anak yang pintar, dia selalu ranking 1 di sekolahnya, beragam prestasi dia raih. Begitu pula Sasi, dia murid terpintar di sekolah nya. Dani pun selalu Mendapat pujian dari guru dan teman-teman karena kemampuannya dalam olahraga bela diri. Zarli si bungsu, walaupun masih berumur lima tahun, tetapi bakat dalam menulis cerita sering membuat warga kampung terkagum-kagum. Selain pintar, keempat anak Pak Riki juga saleh, rajin shalat, membaca Al-quran, berbakti pada orang tua, dan mereka selalu berdoa pada Yang Maha kuasa agar selalu diberi keselamatan , diberi kepintaran, dan dijauhi darfi setan yang terkutuk.

Suatu hari, saat pulang sekolah pukul 12.00 siang, Diki, Sasi, Dani cemas karena ayahnya belum juga pulang. Ternyata Pak Riki sedang ngetem. Sejak pagi, hanya satu hingga tiga penumpang yang menaiki angkot Pak Riki. Tetapi hebatnya, tak ada kata menyerah di benak Pak Riki. Saat mengetem, Pak Riki menyempatkan shalat dan berdoa agar angkotnya dinaiki banyak penumpang.

Setelah shalat, Pak Riki pergi kembali ke tempat pengetemannya. Banyak penumpang yang menaiki angkot Pak Riki.”Alhamdulillah doaku didengar Allah, terima kasih ya Allah,” kata Pak Kiki

Dirumah, saat Diki sedang belajar, Egy, temannya Diki menelefon. “Tadi di sekolah ada pengumuman akan diadakan lomba berpidato pencerahan hati, pihak sekolah menunjukanmu untuk menjadi wakilnya,” Egy menjelaskan. Diki menyanggupinya.

Besoknya Diki bergegas pergi ke sekolah, ayah dan bundanya bertanya,”Diki, kok kamu memakai baju seragam sekolah, kan sekarang hari Minggu?”

“ Oh ya Diki lupa memberi tahu Ayah dan Bunda kalau sekarang Diki akan berlomba berpidato.”

“ Kalau begitu Bunda dan Ayah akan mendoakanmu supaya kamu menang.”

“ Terima kasih Ayah, Bunda , Diki pergi dulu yah,” kata Diki sambil mencium tangan kedua orang tuanya.

Pada saat lomba di sekolah, Diki berpidato tema perjuangan, ”Tak ada keberhasilan bila tak diawali dengan perjuangan. Sebenarnya takkan ada perjuangan yang berakhir dengan kesedihan, kekecewaan, dan rasa amarah. Memang kadang perjuangan berakhir dengan rasa sakit, tetapi jiwa yang sudah diawali dengan perjuangan adalah jiwa yang sudah merasakan kemenangan. Bila memang harus kalah , terimalah , kekalahan bukanlah lambang kegagalan, tetapi kekalahan adalah lambang menuju keberhasilan. Belajarlah dari kekalahan dan Janganlah merasa kalah kalau sudah berjuang karena perjuanganlah yang membuat kekalahan menjadi lebih berarti. Jadikanlah kekalahan menjadi pelajaran yang paling berharaga. Semua juri dan penonton kagum terhadap pidato yang dibacakan Diki. Akhirnya, Diki tampil sebagai pemenangnya.

Perjuangan dan motivasi keluarga Pak Kiki adalah contoh bagi kita. Setidakmampunya seseorang, tetapi kalau mempunyai keinginan yang besar, keikhlasan untuk menjalaninya, berdoa pada yang Maha kuasa, dan perjuangan yang tak henti-hentinya, maka akan membuahkan hasil yang sempurna. Janganlah kita berkecil hati bila kalah karena kita tak akan maju bila belum pernah jatuh. Terima kekalahan itu dan perbaiki apa yang salah.

1 komentar:

HappyBoyz_Royz mengatakan...

cerpen yang bagus...

tema yang sangat langka di angkat oleh anak sebayamu!

tingkatkan lagi kemampuan menulismu!

Posting Komentar