Minggu, 30 Mei 2010

Keberhasilan 3 Hari 2 Malam (Haristianto S.P. X-2)

Memang enak memiliki organisasi yang didalamnya kita bisa merasakan kebersamaan yang sangat erat. Kebetulan organisasi yang saya ikuti di SMPN 1 Margahayu ini Pramuka. Memang kocak banget , di sanggar pramuka kita gak pernah bosen. Ada aja yang buat rame , kaya main kartu , ngejailin orang , main futsal dan banyak lagi.

Kebetulan dalam waktu dekat ini kita akan mengikuti lomba yang bernama LT II yang akan diikuti bulan April ini. Sebelumnya kita memang sudah jauh hari latihan dengan sangat keras setiap sorenya. Saya sendiri jadi lupa memperkenalkan diri. Nama saya Haristianto Sulung Permadi , biasa dipanggil Haris aja. Lahir di Bandung , 23 Desember 1994.

Saya merupakan anak kelas 9 yang ingin sekali mengikuti lomba ini. Saya baru saja selesai UN , ya kira-kira nilainya bagus sih.. Saya dengan teman dekat saya Herie, Adit , Rizki dan Agi juga baru selesai UN. Tapi latihan Pramuka tidak mengganggu sedikitpun konsentrasi ke UN.

Tiba waktunya untuk memulai lomba yang dilaksanakan 3 hari 2malam di RancaUpas. Kurang lebih pukul 07.00 kami berangkat dari SMPN 1 Margahayu untuk membawa nama besar sekolah dan regu pramuka Banteng Hura Anggreek Biru. Di jalan saya merasa tidak sabar untuk segera sampai di RancaUpas.

Akhirnya sekitar 40 menit perjalanan dari sekolah , sampai juga di RancaUpas yang sejuk banget suasananya waktu itu. Segeranya kami menurunkan barang selagi Rizki, ketua regu putra mendaftar ulang di pos. Kamipun segera menuju tempat kami dan segera mendirikan tenda.

Lombapun dimulai setelah kami melaksanakan upacara pembukaan. Disini saya mendapatkan tugas di bagian morse dengan Herie dan Adit. Memang saya bisa mengerjakan kode yang di berikan Herie dan Adit. Tapi kelihatannya ada yang aneh.

“ Dit, kata regu putri jawaban kita salah” kata Herie.

“ Ah , masa?” Adit balik nanya.

Tiba-tiba saya mendengar jawaban orang lain yang beda jawabannya, dan ternyata Adit salah memberi soal ke Herie.

“ Bukan salah saya , kan saya jawab doang” Saya memotong perdebatan mereka.

Ah, pokonya udah beres tugas saya. Waktu malam tiba dan saya kebagian tugas MTQ. Susah ni , soalnya ini mendadak , jadi ga ada persiapan. Biarin ,yang penting berani dan percaya diri walaupun hasilnya jelek. Udah selesai MTQ , lanjut ke tenda buat tidur.

Shubuh bangun , sholat , siap-siap latihan PBB. Dari pagi latihan bwat matengin latihan selama ini sampai akhirnya mulai juga.

“ Bismillahirrohmaanirrohiim” dalem hati.

Dari pertama bagus dan sangat percaya diri. Masuk variasi ada salah dikit tapi gak keliatan. Kesananya makin keliatan , walaupun gak banyak. Selesai lomba saya ga bisa berhenti mikir gimana kecewanya pelatih kami. Sempat ada tetes mata keluar dari mata saya, karna latihan selama ini hanya berakhir dengan kesalahan yang mungkin karena tegangnya teman-teman saya.

Udah gak mau ambil pusing , malem harinya banyak hiburan. Luapin aja kesalahan , tinggal senang-senang aja. Saya begadang di depan api unggun sampai kira-kira jam 04.30 pagi. Gak kerasa mata ngantuk , tidur dulu bentar buat mata segar.

Hari yang ditunggu di hari terakhir yaitu pembacaan pemenang. Setelah beres-beres tenda kami langsung mengikuti upacara penutupan. Setelah itu dibacakan hasil akhirnya. Ternyata kami mendapatkan cukup banyak kemenangan dan kami bergiliran mengambil penghargaan. Dan juara umum yang ditunggu akan dibacakan.

“ Juara umum putra adalah Banteng Hura” juri teriak.

Serempak kamipun loncat dan bersorak sorai atas kemenangan yang kami raih. Segala kemenangan itu datangnya tidak bukan karna usaha dan do’a. Jadi sia-sia apabila kita berusaha tanpa disertai dengan do’a, apalagi cuman berdo’a doang. Mimpi aja kali.

Minggu, 16 Mei 2010

Perjalanan Berbuah Pelajaran (Vanny Fernanda X-2)

Pagi itu Nanda terbangun dari tidurnya akibat dentingan jam yang berbunyi. Setelah itu Nanda merapihkan kamarnya. Hari ini adalah hari terbahagia bagi Nanda karena hari ini dia genap berumur 14 tahun tepatnya pada tangga 19 Oktober 2008, hari ini saudar-saudaranya berkumpul dirumahnya untuk syukuran ulang tahunnya. Dia sangat senang sekali, Nanda terlihat bahagia atas kedatangan saudar-saudaranya. Seharian penuh ia lewati penuh keceriaan, malam pun tiba, saudara-saudaranya pulang,tetapi belum semuanya pulang jadi ada yang pulang besok subuh, ia langsung disuruh tidur oleh ibunya karena besok nanda harus sekolah.

Nanda dibangunkan oleh ibunya untuk sekolah, ia langsung bergegas untuk berangkat sekolah. Seperti hari-hari sebelumnya ia diantarkan oleh ayangnya berangkat sekolah, pagi itu Nanda terlihat sangat bersemangta untuk berangkat sekolah. Sesampainya disekolah, seperti biasanya tiada hari untuk dia bercerita kepada teman-temannta tentang pengalaman apa yang telah ia alami baik senang maupun sedih. Bel berbunyi, mereka pun mengakhiri pembicarannya tersebut dan bergegas menuju lapangan upacar untuk upacara kenaikan bendera. Upacara pun selalseai dan pelajaran dimulai. Saat itu pelajaran pertama adalah pelajaran Biologi, pelajaran yang mungkin dinanti-nanti oleh nanda karena ia senang belajar dengan gurunya yaitu Ibu Wiwik Sulastri.

Selama pelajaran berlangsung ibunya Nanda menelfon Nanda, tapi Nanda tidak berni untuk mengangkat telfonnya karen takut ditegur gurunya. Nanda menghiraukan telfon dari ibunya. Tetapi ibunya tidak berhenti-berhenti menelfon

“Apakah yang sebenarnya terjadi?” gerutu hati Nanda.

Dia gelisah, ada apa ini ? mungkinkah ibunya menelfon karena ada barang Nanda yang ketinggalan ? karena Nanda termasuk orang yang pelupa, tapi biasanya tidak sampai begini kalau memang ada barang dia yang ketinggalan.

“Nur, kira-kira ada apa ia?” tanya Nanda pada Nur.

“Emangnya kenapa Nan?” jawab Nur.

“Aku juga engga tahu! Ini ibuku tidak berhenti menelfonku!” balas Nanda.

“Ah kmu, kayak yang engga tahu aja penyakit kmu, mungkin ada barang kmu yang ketinggalan Nan! “kalem” aja!” tanggap Nur.

“Mungkin kali ia?” balas Nanda dengan gelisah.

“Sudah tenang saja,pasti tidak ada apa-apa!” tanggap Nur menyemangati.

Pelajaran Biologi berakhir, dan bel istirahat pun berbunyi, Nanda segera menelfon ibunya.

“Halo asalammu’alaikum mah!” ujar Nanda terburu-buru.

“Wa’alaikum salam ka!” tanggap ibunya dengan isak tangis.

“Ada apa mah kok nangis? Ada apa?” balas Nanda penuh kegelisahan.

“Udah sekarang kak pulang dulu, papah udah jemput kaka kesekolah, kaka beres-beres dulu gih! nanti mamah jelasin dirumah aja! Udah engga apa-apa kok, tenang aja ia sayang,” jawab ibunya.

“Ia tapi kenapa mah?” Nanda terus bertanya

“Ia sekarang kaka pulang dulu, nanti mamah jelasin dirumah,” jawa ibunya

“Ia udah kalau gitu, asalammu’alaikum,” balas Nanda

“Wa’alaikumsallam,” jawab ibunya.

Nanda segera merapihkan bukunya, langsung berlari menuju ruang piket tanpa menghiraukan keadaannya yang sedang menangis. Teman-temannya pun mengejar Nanda, karena mereka tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi. Tapi Nanda keburu dijemput oleh ayahanya jadi teman-temannya tidak tahu apa yang lagi Nanda hadapi.

“Pah ada apa sih?” tanya nanda sambil menangis

“Papah juga engga tahu ada apa ka’, ini aja papah disuruh pulang ma mamah katanya penting,” jawab ayahnya.

“Aduh apa yang sebenarnya terjadi?” gerutu Nanda

Ayahnya tidak menghiraukan gerutuan Nanda tersebut, ayahnya fokus menjalankan motor dengan kecepatan tinggi. Sepanjang perjalanan nanda tidak hentinya membaca ayat kursi karena Nanda takut kenapa-kenapa dengan keadaan ibunya. Akhirnya sampai dirumah, Nanda langsung masuk rumah tanpa membuka sepatu terlebih dahulu.

“Mah, dimana mah?” tanya Nanda sambil mencari ibunya.

“Dikamar sayang,” jawab ibunya.

“Mamah,” Nanda memeluk ibunya sambil menangis.

“Kenapa sayang mamah engga kenapa-kenapa,” ujar ibunya.

“Terus kenapa mamah telfon aku sambil nagis? terus kok baju kita diberes-beresin sih mah? Ini kenapa sih ? ada apa mah? tanya Nanda gelisah.

“Kita sekarang mau dijemput wa’Nandang, mau kerumah wa’Ceuceu, makanya mamh beresin baju kamu,” jawab ibunya.

“Ada apa kita kerumah wa’Ceuceu? tanya nanda kembali.

“Ka,,,,,,,” ibunya memeluk Nanda sambil menangis

“Kenapa?” Nanda bertanya dengan nada lantang.

“Dede Dava meninggal ka’! jawab ibunya,

“Inalilahi wainailaihi roji’un, kenapa ? gara-gara apa? Tadi pagikan dede Dava baru pulang dari rumah aku!” jawab nanda.

“Pada saat perjalanan pulang tadi, dede Dava kecelakaan ka,” tegas ibunya

“Ya allah, trus the Yulli sama a’Irfan gimana?” tanya Nanda kembali.

“Mereka luka-luka ka!” jawab ibunya.

“Parah?” tanya nanda kembali.

“Mamha juga engga tahu pasti ka’ makanya kita disuruk kesana, sudah masukan barang-barangnya ke mobil gih!” perintah ibunya.

Nanda pun memasukan barang-barangnya ke mobil, mereka langsung pergi setelah selesai membereskan barang-barangnya. Sesampainya dirumah wa’Ceuceu mereka langsung menghampiri Yuli (ibunya dava) ,

“Teh sabar ia,” ujar Nanda.

“Ia Nan makasih ia,” jawab Yuli

“kapan dimakamkannya teh?” Tanya Nanda

“kayaknya nunggu besok nunggu ka Deni (ayahnya Dava) pulang!” jawab yuli.

Nanda terdiam melihat Dava yang terbaring lemas disampingnya ia tidak menyangka Dava akan pergi secepat ini, dia tidak berhenti menangis sambil membaca Surat-Yasin didepan almarhum. Selesai Nanda mengaji Echi (kaka sepupu) memanggilnya.

“Nan,” panggil Echi

“Apa teh,” jawab nanda dengan lemas,

“Disini saja!” pinta Echi

“Ia teh,” balas Nanda.

Nanda pun segera menghampiri Echi, ternyata disitu bukan hanya Echi saja disitu ada teman-temannya Echi, Nanda malu karena matanya bengkak, dan disitu ia melihat seseorang yang belum ia kenal bahkan ia belum pernah melihatnya. Lelaki itu bernama Azwar dia termasuk teman dekatnya Yudi (pacar Echi). Azwar terlihat salting didepan Nanda ia pura-pura jaim. Echi meminta Nanda mengambilkan air minum untuk teman-temannya, dengan lemas Nanda mengambilkan air minum itu, tanpa ia sadari didepan nya ada batu, dan ia jatuh konyol didepan teman-teman Echi, mukanya merah tersimpuh malu, yang membuat ia malu adalah kesan pertamanya bertemu Azwar, disitu anka-anak mentertawai Nanda, disitu yang membantu Nanda adalah Yudi.

“Sakit gak Nan?” tanya Yudi.

“Sakit kakinya, kayaknya keseleo,” jawab nanda sambil merengek.

“Sini aku pijitin,” ujar Azwar.

“Adueh,,,,,,,,,!” suara anak-anak serentak

“Mau aja Nan, kan Azwar tukang pijit,” kata Dani.

“Kamu lagi!” tegas Azwar.

“Engga ah, makasih,” jawab Nanda

Disutu Nanda mulai merasakan perasaan yang aneh pada dirinya, apakah mungkin ia jatuh cinta pada pandangan pertama? Didalam hatinya ia bertanya-tanya “Apakah orang seperti Azwar mau berkenlan denganku”, itu engga mungkin dalam hati kecilnya menjawab. Nanda ingin sekali berkenalan dengan Azwar tapi ia tidak tahu bagaimana cara untuk berkenalan dengan Azwar. Nanda mengurungkan niatnya untuk berkenalan dengan Azwar karena menurut dia itu sesuatu yang mustahil.

Keesokan harinya Dava dimakamkan dipemakaman dekat rumahnya, isak tangis pun tidak berhenti mengiringi kepergian Dava, selesai pemakaman kitta semua langsung pulang. Malam tiba, acara tahlilanpun dimulai. Setelah acara tahlilah Nanda dan kawan-kawan berkumpul seperti hari biasanya. Nah, disinilah awal perjalanannya, ketika itu anak-anak yang berkumpul tidak bias lama-lama karena mereka masih punya acar masing-masing jadi yang tertinggal hanya Nanda, Echi, Azwar, dan yudi.

Ketika itu Echi disuruh ibunya untuk mengisi gallon yang kosong, jadi tingga nanda dan Azwarlah yang diam disitu, karena Azwar itu orangnya pemalu dia meninggalkan Nanda begitu saja. Nanda terdiam kaget, ternyata Azwar itu orangnya menyebalkan, tak lama kemudia Echi dan Yudi datang selesai mengisi air. Mereka berdua tertawa-tawa melihat Nanda sendirian.

“Mana Azwar?” tanya Yudi.

“Don’t know, don’t care, don’t want to know!” jawab Nanda sambil kesal

“Hahahahahahahahaha, ditinggalin ia? tanya Yudi

“Gak tahu!” jawab Nanda kembali

Disitu Nanda dan yang lainnya disuruh makan, jadi yudi mencari Azwar dulu untuk makan, ternyata Azwar pergi kerumah temannya, didekat rumah Echi. Azwar pun datang menghampiri mereka, dan meminta maaf kepada nanda karena telah meninggalkannya,Nanda memaafkannya, walaupun masih kesal sebenarnya, tapi disini Azwar benar-benar mengajak Nanda berkenalan dan meminta Nanda untuk menulis nomor telfonnya di HP Azwar.

Selesai makan Azwar dan Yudi meminta izi kepada keluarga untuk pulang karena sudah malam, dan Azwar bilang pada Nanda “Besok pagi aku sms kmu ia!” Nanda hanya bias tersenyum menanggapi pertanyaan Azwar tersebut. Keesokan harinya Azwar menepati janjinya untuk sms Nanda, saat itu nanda senang sekali karena akhirnya cita-citanya untuk berkenlanalan dengan Azwar tercapai, dari situ mereka mulai PDKT’n. dan mulai tumbuh rasa cinta pada keduanya. Mereka saling mengungkapkan apa yang mereka rasakan. Namun keadaan tak seiringan dengan kenyataan yang mereka inginkan. Nanda dan Azwar ternyata sudah memiliki pasangan masing-masing.

Suatu ketika tepatnya pada tangga 05 2009 pada saat Echi ultah Nanda diundang untuk menghadiri acara ulang tahun Echi dirumah Yudi, disitu nanda dan Azwar bertemu kembali, mereka tidak seakrab disms, disana mereka jalan masing-masing, dan yang lebih konyolnya Azwar mengjak sms’n Nanda pada saat nanda berada tepat disampingnya, anak-anak yang lain aneh dengan tingkah laku nanda dan Azwar yang asyik sendiri dengan HPnya,

Anak-anak mulai curiga, ternyata kecurigaan mereka berbuah hasil yakni “Azwar dan Nanda saling sms’n” , anak-anak tertawa melihat tingkahy laku Nanda dan Azwar, disitu yudi mengajak anak-anak untuk pergi ke Lembang, Nanda berniat untuk pulang karena kalua pergi ia tidak tahu harus dengan siapa tetapi pas nanda maminta izin untuk pulang Azwar melarangnya.

“Kenapa Nanda pulang ?” tanya Azwar.

“Enga ah, pengen pulang aja,” jawab Nanda.

“Jangan atuh, nanti kalau Nanda pulang Azwar sama siapa pergi ke Lembangnya?” tanya Azwar kembali.

“Sama yang lain aja, yang mua,” balas nanda

“Tapi Azwar maunya sama Nanda,” tegas Azwar,

Melihat Azwar begitu nanda tidak bias menolaknya karena sebenranya ia pun ingin pergi bersama Azwar, akhirnya Azwar pergi bersama Nanda. Nanda terlihat sangat senang sekali pergi bersama Azwar. Seharian mereka lalui bersama dengan penuh peristiwa yang berkesan. Malam pun tiba waktunya mereka mengakhiri acaranya, Nanda diantarkan pulang oleh Azwar .

Semenjak saat itu mereka tidak pernah lagi bertemu ditambah Echi dan Yudi sudah tidak akur lagi, semakin sulit untuk mereka bertemu, karena Nanda dilarang untuk bertemu lagi dengan Yudi dan Azwar. Setahun berlalu mereka sudah tidak lagi sms’n apa lagi bertemu, Nanda berfikir mungkin pertemuan yang kemarin adalah pertemuan terakhir bagi nanda dan Azwar. Tapi ternyata kenyataan berkata lain mereka dipertemukan kembali pada tanggal 4 April 2010, pertemuan mereka sungguh tidak disengaja mereka bertemu saat Nanda sedang main ke JOKEP bersama temannya, disana nanda senang sekali bisa bertemu dengan Azwar lagi, mereka ngobrol cukup lama, sampai-sampai tidak terasa hari mulai gelap, terpaksa mereka mengakhiri pembicaran mereka.

Sesampainya dirumah nanda mendapatkan sms dari Azwar yang isinya “Dari dulu sampai sekarang Azwar sayang banger sama Nanda, tapi kenapa kita engga pernah dipersatukan, Azwar pengen sekali menjadi teman dekat yang selalu ada disaat vanny sedih maupun senang, Azwar minta vannya datang hari minggu depan ke JOKEP kallu vanny bias nerima Azwar jadi pacar Nanda,”. Disitu Nanda bingung harus bagaimana karena status dia tidak lajang, dengan terpaksa nanda pun menolak kembali permintaan Azwar, permintaan ini bukan yang pertama kalimnya, permintaan ini adalah permintaan yang kesekian kalinya.

Azwar sangat kecewa pada Nanda mengapa selalu begini terus, namun dalam hati Azwar, Azwar salut kepada Nanda, walupun Azwar tahu Nanda sebernanya juga sama suka pada Azwar , Nanda tidak berbohong kalau dia sudah ada yang punya, itulah yang membuat Azwar sangat suka pada Nanda, karena baru Nandalah wanita yang azwar kenal seperti itu,

Pada tanggal 18 April 2010, Nanda diundang oleh Yudi keacara pernikahan kakanya, Nanda tidak bias menolaknya karena nanda sudah menganggap Yudi sebagai kakanya sendiri, Nanda datang dengan penuh tanda tanya, apakan Azwar sekarang sudah memiliki pacar?. Nandapun datang keacara pernikahan, disana ia bertemu dengan Azwar, azwar terlihat tidak sedikitpun merasa dendam pada Nanda, malahan Azwar senang sekali dengan kedatangan Nanda.

Saat itu ada seorang wanita menghampiri Azwar, Nanda terkejut karena takut pacarnya Azwar, namun perasaan nanda ternyata salah Azwar malah memperkenalkan nanda sebagai pacarnya pada wanita tersebut, semua orang yang ingin berkenlana denga Nanda pasti Azwar berkata “Nanda pacar aku” hari itu merupaka hari yang paling bahagia untuk Nanda dan Azwar. Baru saat ini mereka bersama seharian kemanh-mana, Azwar sudah tidak malu-malu lagi bertemu dengan Azwar, mereka beli ice cream bareng, foto-foto’n bareng, dengerin lagu bareng, makan bareeng, sholat bareng, pokonya hari itu semua kegiatan mereka lalui bersama.

Adzan maghribun berkumandang, Nanda segera meminta ijin untuk pulang namun kata Azwar “Jangan dulu pulang, tunggu motor Azwar dulu, nanti sama Azwar dianterin pulang, tunggu sebentar” Nanda pun mengikuti permintaan Azwar, Azwar bertanya pada Nanda,

“Nan sekarang udah punya pacar belum?” tanya azwar

“Memang kenapa?” balas Nanda.

“Gimana mau engga jadi pacar Azwar?” tanya Azwar kembali

Sebelum nanda menjawab pertanyaan azwar tersebut , Nanda melihat 2 orang wanita menghampiri rumah Yudi, disitu muka Azwar terlihat gelisah, Nanda aneh melihat Azwar yang uring-uringan, disinilah terungkap “sepintar-pintarnya tupai melompat pasti akan jatuh juga” bahwa azwar sebenarnya sudah memiliki pacar. Disitu Nanda kaget dia gak tahu apa yang harus dilakukan, disitu Nanda terlihat kesal, ia tak kuasa menahn air matanya, akhirnya air matanya jatuh membasahi bumi ini. Semua teman-temannya menghampiri Nanda dan meminta Nanda menerima kenyataan pahit ini. Sungguh tidak disangka, pintar sekali azwar memainkan perannya, Azwar berfikir bahwa aktingnya tersebit berjalan mulus tapi apa nyatany, semua kebongkar kebusukan Azwar selama ini. Nanda pulang pamit pada semuanya kecuali AZWAR, lelaki yang sekarang dia benci dan dia bertekad tidak akan pernah lagi mengenal lelaki yang bernama lengkap “RANGGA AZWAR WIJAN’AN”. Sesampainya dirumah Azwar langsung meminta maaf pada Nanda, nanda tidak menghiraukannya, Azwar berkata pada Nanda “Aku begini karena aku tidak mau kamu jadi benci sama aku kalua kamu tau siapa aku yang sebenarnya, aku sayang sama kamu, aku engga mau kamu jadi berubah sikapnya sam aku, aku mohon minta maaf atas tinggkah lakuku ini, aku mohon dengan sangat maafkan aku”, dengan lantangnya Nanda menjawab “hanya orang bodohlah yang mau jatuh kelubang yang sama, sayang aku bukan orang bodoh itu”.

Aku Menangis Di Kuburanmu (Nuril Anwar X-2)

Suara kicau burung mulai membangunkan Khairul di pagi dingin di hari minggu. Setelah mencuci mukanya dengan air sejuk kemudian ia membuat secangkir kopi hangat untuk menemaninya membaca harian pagi edisi minggu. Seperti biasa ia selalu mencari beberapa pekerjaan di kolom lowongan kerja. Khairul yang akrab dipanggil Irul ini tidak memiliki pekerjaan tetap, dia hanya seorang penulis kecil untuk harian pagi. Ketika ia memiliki atau membuat sebuah tulisan yang bagus maka akan ia kirimkan ke redaksi harian pagi itu dan mendapatkan upah yang sesuai dengan karyanya.

Pada malam minggu terkadang Irul mengunjungi pacarnya Imel yang tinggal di Perumahan Karyawan yang tidak jauh dari rumahnya. Imel memang termasuk keluarga yang berada, berbeda dengan Irul yang hidup dalam kesederhanaan. Namun orang tua Imel tidak melarang hubungan mereka. Meski dari keluarga yang berada, tapi Imel tidak memilih-milih teman. Karena itu Khairul sangat menyayanginya dan rela melakukan apa saja agar pacarnya tersebut bahagia.

Malam hari tiba, waktunya untuk makan malam bersama antara mereka berdua. Namun saat makan malam berlangsung, hidung Imel mengeluarkan tetesan darah kental. Saat itu Irul khawatir namun Imel hanya bilang kalau itu mimisan biasa. Mendengar itu kekhawatiran Irul berkurang. Suatu minggu pagi mereka berjalan di taman kota namun tiba-tiba Imel jatuh pingsan, saat itu ia langsung dibawa Irul ke rumah sakit terdekat. Setelah diperiksa oleh Dokter yang bersangkutan Imel divonis menderita kanker otak. Hal itu diberitahukan oleh Dokter ke Imel. dan dikatakan bahwa umurnya tidak akan lama lagi. “Dok, saya harap dokter tidak memberitahukan hal ini pada pacar saya yang sedang menunggu di depan. Karena saya tidak ingin dia bersedih,” pinta Imel pada Dokter tersebut.
Setelah Dokter keluar dari ruangan, “Gimana, dok, keadaan pacar saya?” tanya Irul.

“O…anda tenang saja. Pacar anda baik-baik saja. Hanya terkena anemia atau kekurangan darah. Makanya dia sering letih dan pingsan,” jawaban Dokter pada Irul.
“Lalu, bagaimana, dok?” tanya Irul lagi penasaran.

“Hm… tolong biarkan dia istirahat untuk beberapa hari ini dan jangan diganggu dulu ya…” saran Dokter pada Irul lalu masuk ke dalam ruangan.

Dokter meminta agar Imel tabah dan sabar serta banyak berdoa agar datang suatu keajaiban nanti dan segera diminta memberitahukan kepada kedua orang tuanya tentang penyakit yang sedang di deritanya tersebut. Dan juga untuk tidak berhenti berobat ke spesialis-spesialis kanker otak.
Akhirnya Irul mengantar Imel pulang kerumahnya dengan sepeda motor. Sampai di depan teras, Imel mengucapkan selamat malam pada Irul dan berpesan agar hati-hati di jalan, begitu pula dengan Irul yang berpesan agar Imel banyak beristirahat.

Pada Malam harinya setelah selesai makan malam bersama keluarga, Imel menceritakan yang terjadi terhadap dirinya kepada kedua orang-tuanya. Imel merupakan anak satu-satunya di keluarga tersebut, jadi wajar ia sangat disayang oleh kedua orang tuanya. Mendengar apa yang disampaikan oleh anaknya tersebut kedua orang tuanya sangat sedih dan khawatir, dan segera berusaha bagaimana agar anaknya bisa cepat sembuh.

Sudah seminggu sejak pengobatan Imel yang tidak diketahui oleh Khairul. Bahkan ketika Irul menelpon untuk menanyakan keadaannya, pasti tidak pernah diangkat. Sms dari Irul tidak pernah dibalas. Sampai suatu hari Imel menelpon Khairul untuk datang ke rumahnya.

Sesampainya di rumah Imel, Khairul dipersilahkan masuk dan duduk di ruang tamu. Orang tua Imel memperhatikan dari atas tangga. Imel juga pernah berpesan pada orang tuanya untuk tidak memberitahukan penyakit yang dideritanya kepada Khairul sampai kapanpun.

Dengan wajah mulai pucat Imel meminta Khairul untuk mendengarkan ucapannya dengan serius. “Rul, aku minta kamu jauhi aku mulai saat ini…” pintanya dengan nada sedih.

“Kenapa,,,?” tanya khairul penasaran.
“Aku mau kuliah ke luar negeri. Orang tuaku ingin aku hidup dengan orang yang sukses. Aku harap kamu bisa berusaha keras dan kembali padaku dengan kesuksesan yang kamu raih…”

Mendengar hal itu Khairul merasa terpukul dengan keadaan dirinya. Setelah Irul pulang maka Imel menangis di dalam kamar dan orang tuanya ikut sedih melihat yang terjadi pada anaknya.

Setibanya di rumah, Irul selalu murung dan memikirkan ucapan-ucapan yang telah didengarnya dari Imel. Itu menjadi sebuah penyemangatnya setelah pisah dari Imel. Ia bertekad untuk berusaha dan menjadi orang yang sukses, setelah itu ia akan kembali untuk membuktikan pada orang tua Imel, kalau ia mampu untuk menjadi orang yang sukses.

Hampir setiap hari ia mencari pekerjaan, kebetulan Harian Pagi yang sering ia kirimi tulisan sedang mencari orang untuk menjadi wartawan tetap. Dimulainya karir menjadi seorang wartawan, karena kerjanya yang gigih dan memuaskan kemudian Irul diangkat menjadi pe-mimpin redaksi yang mengelola harian pagi tersebut. Namun ketertarikannya terhadap menulis tidak pudar, ia mulai membuat novel tentang kisah hidupnya yang ia angkat menjadi cerita yang menarik. Novel yang ia buat laku keras dan terkenal di seluruh nusantara bahkan sampai ke Malaysia. Novel tersebut juga sempat dibaca oleh Imel, ia senang Khairul sudah mulai sukses. Kini Irul tidak lagi bekerja di harian pagi seperti biasa, kini dia telah menjadi penulis terkenal dan kaya raya. Namun, apa yang telah ia raih kini tidak membuatnya lupa dari mana asalnya. Dia tidak sombong dan selalu membantu orang-orang yang kesusahan.

Pada hari minggu, seperti biasa Khairul pergi untuk berlibur pulang ke rumahnya di kampung, namun cuaca agak sedikit mendung, namun tak menjadi halangan karena ia membawa mobil. Ketika mobilnya lewat di depan rumah Imel, ia hanya mendapati rumah tersebut sudah disegel dan tak berpenghuni lagi. Kebetulan rumah lama Khairul berada di sekitar pemakaman umum, ia melihat kedua orang tua Imel berjalan kaki dengan baju yang kusam dan membawa sekeranjang bunga. Ia tidak membalas apa yang pernah dikatakan Imel dulu padanya. Ia bertanya mau ke mana kedua orang tua tersebut. Karena merasa kasihan pada Khairul kedua orang tua Imel pun melupakan janji mereka untuk tidak mengatakan keadaan anaknya yang sebenarnya.

Orangtua Imel bercerita bahwa Imel terkena kanker otak, dan sebenarnya ia tidak pergi kuliah keluar negeri tetapi untuk pergi berobat. Dia tidak ingin membuat Khairul sedih dan dia berpesan agar Khairul tetap semangat dan ia senang atas kesuksesan yang telah Khairul raih.

“Kami telah berusaha untuk kesembuhannya, seluruh harta kami jual agar anak kami bisa sembuh, tapi Tuhan berkehendak lain,” ucap orangtua Imel dengan sedih.

Setelah mendengar apa yang telah disampaikan orang tua tersebut, Irul jatuh lemas terdiam. Sejenak ia membayangkan wajah Imel tersenyum padanya, terbayang pula segala kisah yang pernah mereka lalui bersama. Kemudian Khairul meminta orang tua Imel untuk mengantarkannya ke kuburan Imel.

Di sana segunduk tanah dan batu nisan bertuliskan nama Imelda Melani. Khairul menatap foto yang ada di kuburan tersebut, foto yang tersenyum padanya. Meninggalkan kisah kasih yang pilu, membuat air mata Khairul jatuh untuk ke sekian kalinya, menangisi kepergian kekasih yang sangat ia cintai.

Dirimu Dan Dirinya (Trydo Prasetyo X-2)

Sebelum memulai cerita ini, aku akan memperkenalkan diri. Ior namaku. Aku seorang siswa di SMA Negeri di kota Jakarta. Aku cowok yang selalu berpenampilan biasa biasa di lingkungan sekolah. Tapi diluar sekolah aku adalah seorang penyanyi yang sudah lumayan terkenal, dengan alasan itulah aku berpenampilan dan berperilaku biasa biasa di sekolah. Aku bukan senang menjadi penyanyi yang sudah terkenal di sekolah maupun di luar sekolah, malah aku malu. Dan aku ingin seperti biasa saja di lingkungan sekolah. Kesibukanku di dunia tarik suara pun membuat diriku jarang bersekolah dan jarang bermain bersama teman temanku di sekolah. Saat sedang dalam kelas pun aku seperti siswa baru yang tidak di kenal oleh teman-temanku, karena aku jarang main atau ngumpul bareng teman-temanku. Pelajaran pun di mulai, saat itu pelajaran Bahasa Indonesia dengan guru yang tidak aku kenal, karena aku baru bertemu dengan guru ini dan baru kali ini guru ini mengajarku, yah........... mungkin karena kesibukan menyanyiku yang membuatku jarang sekolah. Saat sedang pembelajaran guru itu pun memanggilku

”Ior Syah Reza!! Yang mana? Sini kamu...!”, guru itu pun memanggilku.

”Iya Bu,” kata saya. Saya pun mengangkat tangan dan mendekati guru itu.

”Kau jarang masuk sekolah kan!? Kenapa?”, guru itu menanya ku dengan muka yang marah.

”Maaf bu, saya sibuk bernyanyi disana-sini”, aku pun menjawabnya.

”Oh, kamu seorang penyanyi? Baiklah ibu akan memaafkan kamu, tapi kamu harus bernyani di depan teman-temanmu.” Ibu guru pun menyuruh ku untuk bernyanyi. Apa boleh buat? Aku pun bernyani di depan kelas dengan rasa malu. Saat bernanyi pun aku melihat seorang cewek yang sangat cantik di mataku. Aku belum tahu siapa dia. Dan aku pun terus memandanginya. Siapa dia? Aku terus memikirkan dia dan bayangan dia pun selalu ada di pikiranku, setiap malam pun bayangnya selalu menyelimutiku hingga membuatku tidak bisa melupakannya. Aku pun berjanji, besok aku akan berkenalan dengannya.

***

Keesokannya pun aku bersekolah seperti biasanya. Bel sekolah pun berbunyi, aku pun masuk ke kelas. Aku terus melihat dia, tiba-tiba dia balik melihatku, akupun malu dan berhenti melihatnya. Bel istirahat pun berbunyi, aku pun mendekati cewek kecenganku di kantin.

”Hey!”, sapaku dengan penuh senyum.

”Hey juga..”, jawabnya.

”Boleh duduk disini ga?” kataku.

”Boleh...”, jawabnya dengan sangat jutek.

”Nama kamu siapa? Aku Ior”, tanyaku.

”Laras.”, jawabnya.

Aku pun ngobrol-ngobrol bersama Laras sampai bel masuk pun berbunyi. Akupun mengajak Laras cewek idamanku pulang bareng bersamaku, akan tetapi Laras tidak bisa pulang denganku karena dia mengikuti latihan MD(Modern Dance) di sekolahnya, ya sudahlah aku pulang sendiri. Sesampainya dirumah aku pun SMSan dan menelefon Laras. Laras sangat care kepadaku dan dia pun merespon aku, aku tau apa yang dia suka dan di senangi. Masa penjajakan pun aku lalui bersama Laras cewek idamanku. Aku takut apabila Laras telah memiliki pacar, tapi aku tetap memberanikan diri untuk mendekatinya. Pada malam Minggu pun aku akan mengajak Laras HangOut. Dan dia pun menerima ajakanku.

Malam Minggu pun tiba, aku berjanji pada Laras jam 11 siang nanti aku akan menjemputnya. Akan tetapi aku memiliki jadwal manggung di sebuah tempat perbelanjaan di daerah Jakarta Pusat. Aku pun bingung untuk menjelaskan ini pada Laras, karena aku telah berjanji mengajak jalan-jalan Laras. Aku langsung menelpon Laras dan menjelaskannya, tetapi dia kesal padaku karena aku tidak menepati janji. Tapi harus bagaimana lagi? Aku harus bernyanyi di Jakarta Pusat.

Keesokan harinya saat di sekolah aku pun bertemu dengan Laras. Dia memasang muka yang sangat kesal padaku. Aku merasa sangat bersalah pada Laras. Aku pun mencoba mengajak ngobrol Laras, tapi Laras tidak mendebgarkanku. Dia sangat jutek padaku.

Istirahat pun tiba. Laras pun berjalan ke arah kantin dan aku pun mengikutinya. Aku mencoba mengajak Laras ngobrol lagi. Akhirnya dia mau mendengarkanku.

”Laras, maafin aku yah kemarin kita gak jadi jalan-jalan. Tapi beneran kok kemarin aku ada manggung di Jakpus.”

”Oyah? Aku gak percaya.” jawab Laras.

Please, Ras. Aku gak bohong kok. Beneran deh. Maafin aku yah? Aku janji deh bakal ngajak kamu jalan lagi, aku juga janji bakal nepatin janji aku. Yaaah?”

”Oke. Kali ini aku maafin kamu.”, jawab Laras.

”Makasih ya Ras. Kamu baik banget.”

”Yaa sama-sama.”, jawabnya singkat.

Bel masuk pun berbunyi. Aku pergi ke kelas bersama Laras. Di perjalanan ke kelas aku dengan Laras tidak berbicara sepatah kata pun. Sesampainya di kelas aku pun langsung duduk dan melihat Laras sejenak sambil tersenyum. Laras pun melihatku lalu senyum padaku. Bel pulang pun berbunyi. Aku pun mengajak Laras pulang bareng. Laras pun mau. Aku pun mengantarkan Laras sampai rumahnya. Setibanya dirumah Laras, Laras mengajakku masuk kerumahnya. Dan aku pun mau. Tak terasa sore pun tiba. Kita pun sudah mengobrol cukup lama. Akhirnya aku pun meminta izin untuk pulang.

Aku bingung, aku ingin Laras supaya menjadi pacarku, tapi aku pusing bagaimana caranya supaya dia mau ingin menjadi pacarku. Akupun telah memikirkan bagaimana supaya Laras menjadi pacarku. Esok harinya pun aku mendekati Laras.

”Laras.......”, panggilku.

”Iya, ada apa?”, balas dia manis.

”Lama kita kenal, Ior jadi makin suka sama Laras”, balasku dengan malu.

”Terus kenapa?”, balasnya.

”Laras mau ga jadi pacar Ior? Ior sayang sama Laras”, jawabku dengan serius.

”Nanti yah Laras jawabnya!”, dia pun pergi dan berlari pulang.

Aku pun tidak bisa tidur menanti jawaban Laras, aku pusing dan takut di tolak sama Laras. Tak lama kemudian Laras meneleponku dan dia memberi tau jawabannya. Tak ku sangka Laras menerima cintaku dan dia pun sayang kepadaku. Aku sangat senang karena Laras telah menerimaku. aku pun melupakan kewajibanku sebagai penyanyi, latihan pun ku lupakan.

Tak terasa jalinan kasih asmaraku bersama Laras telah sampai di 1 tahun. Hobi bernyanyiku pun masih tetap ku lakukan, suatu saat aku dan Laras berpacaran menuju 1 tahun aku harus show bernyanyi di Bandung. Laras pun mengerti dan membiarkan aku pergi ke Bandung selama 2 bulan.

***

Di Bandung pun aku tak henti-hentinya menghubungi Laras. Dari bangun tidur sampai tidur lagi aku tetap menghubunginya. Sampai suatu waktu Laras sudah tak membalas SMSku dan mengangkat telponku. Aku sangat khawatir padanya. Namun aku pun hanya positive thinking saja.

Hari itu aku manggung di sebuah tempat di Bandung. Saat aku bernyanyi, tiba-tiba ada seorang cewek yang kelihatannya sangat mengaggumiku. Setelah selesai bernyanyi, cewek itu mendekatiku dan mengajakku untuk mengobrol sebentar katanya. Akhirnya aku pun mengobrol dengan dia. Namanya Olive. Katanya dia fans beratku. Dia sudah lama mengharapkan kedatanganku ke Bandung. Olive itu anak pengusaha terkaya di Bandung. Kami pun mengobrol cukup lama hingga tempatku manggung hampir tutup. Tak lupa dia pun meminta nomor HP-ku. Setelah bertukar bomor HP kami pun langsung pulang.

Sesampainya dirumah aku mencoba menghubungi Laras. Tapi tak ada jawaban. Tak lama kemudian setelah aku menghubungi Laras, tiba-tiba HP-ku bergetar. Ternyata SMS dari Olive.

”Hey Ior lagi apa?”

Aku pun membalas, ”Hey Olive. Lagi tiduran aja nih. Abisnya cape seharian tadi habis manggung. Kamu Olive?”

Dan seterusnya sampai aku tertidur.

Keesokan harinya aku pun terbangun dari tidurku. Ketika aku melihat HP, ada SMS. Ku kira dari Laras. Ternyata dari Olive. Hari itu hari kedua aku SMSan dengan Olive. Kebetulan hari ini aku manggung di daerah Saparua. Dan hari itu pun aku dengan Olive bertemu lagi. Dan sepulang aku manggung, Olive mengajakku pulang kerumahnya. Ternyata sesampainya dirumah Olive, aku pun bertemu dengan orang tua Olive. Lalu aku berbincang-bincang dengan orang tua Olive hingga larut malam. Orang tua Olive pun menyuruhku pulang karena hari sudah malam.

Keesokan harinya, Olive memberi tahuku bahwa orang tuanya menyuruhku untuk datang kerumahnya lagi. Dirumah Olive orang tua Olive memberitahuku bahwa Olive mempunyai penyakit kanker. Kanker yang telah dideritanya selama 3 tahun. Orang tua Olive pun menyuruhku supaya aku bisa membahagiakan Olive di sisa akhir hidupnya. Dan aku pun hanya terdiam dan memikirkan bagaimana cara untuk membahagiakan Olive. Aku berfikir dalam benakku, ”Masa aku harus putusin Laras demi Olive?”

Sesampainya dirumah aku terus memikirkan bagaimana caranya untuk membahagiakan Olive tanpa mengorbankan perasaanku pada Laras. Hingga aku pun tertidur lelap. Akhirnya aku dapat ide untuk membahagiakan Olive tanpa mengorbankan perasaanku pada Laras. Aku pun harus mencintai dua hati. Walaupun itu tidak baik untukku dan Laras,tapi inilah jalan terbaik untuk kita.

Esok adalah hari terakhirku di Bandung. Aku pun menghabiskan waktuku bersama Olive seharian. Aku dan Olive berjalan-jalan di sekitar Bandung. Sampai sore pun tiba dan aku harus bersiap-siap untuk pulang ke Jakarta. Aku pun berpamitan kepada orang tua Olive. Setelah itu aku langsung pulang ke Jakarta. Di perjalanan pulang Olive menelponku. Dan memintaku balik lagi ke Bandung. Tapi aku sudah hampir sampai di Jakarta. Paling dua minggu lagi aku balik ke Bandung kataku pada Olive.

Waktu menunjukan pukul 11 tepat. Aku pun langsung merebahkan diri di tempat tidur sampai alhirnya aku tertidur.

Ternyata Olive menyusulku ke Jakarta. Aku tidak tahu dia akan datang ke Jakarta karena dia tidak memberi tahuku sebelumnya. Dan Olive pun ingin bertemu denganku. Lalu aku bertemu dengan Olive di sekitar kafe Jakarta Pusat. Tak kusangka saat aku bersama Olive, Laras juga berada di kafe itu. Aku pun tidak tahu apa yang harus kulakukan. Laras pun memergokiku sedang berdua bersama Olive.

”Ior! Kapan kamu pulang ke Jakarta? Kenapa gak bilang sih? Siapa dia?” tanya Laras sambil menunjuk kearah Olive.

”Hey Laras kamu kemana aja? Selama di Bandung aku terus ngehubungin kamu, tapi gak ada jawaban dari kamu. Ummh, dia Olive. Kenalin..”, jawabku.

”Oh, iya Laras...”

”Olive..”

Mereka pun berkenalan dengan ramah. Dan Laras pun ikut duduk di meja kami. Tanpa sadar, Laras tidak menanyakan siapa olive sebenarnya. Hingga sore pun menjelang. Kami bertiga pun pulang. Karena Olive tidak mempunyai rumah di Jakarta, jadi setelah pulang dari rumah Laras aku langsung mencarikan Olive Hotel untuk dia menginap. Tak lama kemudian aku menemukan hotel yang letaknya tidak jauh dari rumahku. Setelah itu aku langsung pulang.

Sesampainya dirumah aku berpikir. Bagaimana bisa aku melanjutkan hubungan ini? Dengan Olive yang sekarang sedang tinggal di Jakarta, aku tidak bisa melepas kerinduan pada Laras setelah dua bulan lamanya aku meninggalkan Laras pergi ke Bandung. Akhirnya aku berpikir cinta dua hati ini pun tidak bisa kulanjutkan. Akhirnya aku harus memilih satu dari dua hati ini.

Siapa yang akan ku pilih? Laras atau Olive? Jika aku memilih Laras, aku kasihan pada Olive dan teringat cerita orang tuanya padaku waktu itu. Jika aku memilih Olive, aku tidak bisa! Karena aku sudah menjalin hubungan dengan Laras sudah cukup lama.

”Karena Laras belum tahu Olive pacarku dan Olive pun belum tahu bahwa Laras itu juga pacarku, maka aku akan sembunyikan saja hubungan ini kedua-duanya.”, pikirku.

***

Sudah hampir tiga bulan Olive tinggal di Jakarta. Dan Laras pun belum juga mengetahui bahwa aku dan Olive ada hubungan. Padahal, aku, Laras, dan Olive hampir setiap hari pergi jalan-jalan bersamaan.

Hari itu, aku, Laras dan Olive sedang berjalan-jalan di Mall di daerah Jakarta Pusat. Tiba-tiba saja Olive jatuh pingsan dan aku dengan Laras pun langsung membawa Olive ke rumah sakit. Setibanya dirumah sakit Olive dimasukan ke UGD. Aku pun langsung menelepon orang tuanya Olive. Dengan segera orang tua Olive berangkat ke Jakarta.

Tiga jam kemudian orang tua Olive sampai dirumah sakit dimana Olive dirawat. Orang tua Olive keliatan sangat panik. Aku pun segera menenangkannya dengan mengajak ngobrol mereka. Tak lama aku mengobrol, dokter pun lalu keluar dari ruangan tempat Olive dirawat.

”Bagaimana keadaan Olive dok?”, tanyaku dan orang tua Olive bersamaan.

”Olive baik-baik saja. Dia hanya kelelahan dan perlu beristirahat.”, jawab dokter.

”Kapan Olive boleh pulang dok?”, tanyaku.

”Besok juga sudah boleh pulang. Ya sudah kalau begitu. Saya harus memeriksa pasien yang lain. Permisi.”, ucap dokter.

”Iya dok. Terima kasih dok.”, kataku.

Aku pun melihat keadaan Olive bersama Laras. Setelah itu aku langsung mengantar Laras pulang kerumahnya. Dalam perjalanan pulang Laras bertanya padaku.

”Kamu kenal Olive dimana Ior?”

”Oh, waktu di Bandung Ras. Dia baik banget sama aku.”, jawabku.

”Oh... gitu yah? Ko bisa deket gitu sih? Heran deh.”

Sepanjang perjalanan aku menceritakan bagaimana aku bisa dekat dengan Olive. Tanpa membuat curiga Laras kepadaku.

Sesampainya dirumah Laras, aku langsung pamit pulang karena sudah malam.

Tapi aku tidak pulang kerumah. Aku kembali kerumah sakit dan menjaga Olive sendirian. Dan orang tua Olive sebelumnya telah ku ajak ke hotel tempat Olive tinggal selama di Jakarta. Aku pun menjaga Olive sampai pagi. Ketika aku terbangun, ternyata Olive sudah bangun levbih dulu dari pada aku.

”Hey Ior...”, sapanya dengan penuh senyum.

”Hey Olive.. udah bangun kamu?”

”Udah dong. Dari tadi malah. Lucu deh liatin kamu tidur. Hehe...”, jawabnya sambil tertawa manis.

”Haha... ada-ada aja kamu. Udah sarapan belum?”, tanyaku.

”Belum nih. Suster belum dateng.”, jawab Olive.

Gak lama kemudian suster dateng bawa makanan.

”Tuh! Baru aja diomongin. Susternya dateng. Gih makan!”

”Siap bos...!”, jawabnya dengan senyum manja.

Gak lama kemudian, orang tua Olive dateng buat jemput Olive pulang ke Bandung. Setelah makannya selesai, Olive langsung dibawa pulang. Dan aku pun pulang kerumah.

***

Tiga minggu pun berlalu. Tak ada kabar sedikit pun dari Olive. Aku mulai merasa khawatir dengan keadaan Olive. Hatiku pun bertanya-tanya.

”Sedang apa Olive disana? Bagaimana keadaannya? Mengapa dia tidak mengabariku?”

Berjuta kata terlintas dihatiku. Aku kaget ketika aku mendengar suara HP ku berbunyi. Ternyata mama Olive.

”Halo?”

”Ya.. Halo Ior. Ior bisa gak kamu ke Bandung hari ini? Dari tadi malam Olive nyebut nama kamu terus. Badannya panas. Bisa ya Ior?”

”Yaa tante. Ior bisa kok. Tunggu aja ya tante. Ior siap-siap dulu.”, kataku.

”Yaa Ior. Makasih yaaa...”, kata mama Olive.

Aku pun lansung siap-siap dan bergegas untuk berangkat ke Bandung. Aku pun mengajak Laras untuk ikut ke rumah Olive. Setibanya disana, aku langsung disuruh melihat keadaan Olive. Memang benar apa yang dikatakan mama Olive ditelepon. Badannya panas banget. Aku pun mengusulkan mama Olive untuk membawa Olive ke rumah sakit.

Setelah diperiksa dokter, dokter berkata bahwa kanker yang di derita Olive sudah sampai stadium 4. Dokter pun memvonis hidup Olive hanya dalam beberapa hari lagi. Setelah itu, Olive kami bawa pulang. Aku dan Laras pun menginap dirumah Olive.

Satu minggu pun berlalu. Olive sudah pucat sekali di hari itu. Olive sudah tidak bisa berjalan-jalan. Setiap hari Olive aku ajak berjalan-jalan menggunakan kursi roda bersama Laras. Menikmati hari-hari terakhir Olive.

Ketika kami seang berjalan-jalan, tiba-tiba Olive pingsan dan aku dengan Laras pun segera membawa pulang Olive kerumah. Dirumah dia terbangun dan berkata, ”Aku udah gak kuat. Penyakit ini sangat menyakitiku. Aku udah gak kuat.”

”Hus! Olive gak boleh ngomong gitu! Kamu harus kuat!”, kata Laras.

”Tapi aku gak kuat Ras...”, kata Olive.

”Ior, makasih yah... Udah mau nemenin Olive selama ini. Olive sayang Ior.”

”Yaa Olive. Ior juga sayang Olive kok.”

Gak lama kemudian orang tua Olive pun datang.

”Mah.. Pah.. Olive udah gak kuat ngadepin penyakit ini. Maafin Olive ya Pah Mah. Olive belum bisa bahagiain Mamah sama Papah.”, kata Olive.

”Iya Olive gak apa-apa kok. Mamah sama Papah sayang sama Olive.”

Lama mereka berbincang. Tiba-tiba nafas Olive tersendat-sendat. Dan akhirnya Olive pun menghembuskan nafas terakhirnya. Ssemua menangis. Termasuk aku. Karna aku tidak bisa menahan rasa sakitku ditinggalkan orang yang aku sayang.

***

Setelah selesai penguburan Olive. Aku dan Laras pun pamit pulang pada orang tua Olive. Orang tua Olive berterima kasih padaku karena sudah membuat hari-hari Olive bermakna.

Sepanjang perjalanan pulang, aku menceritakan apa yang sebenarnya terjadi antara aku dengan Olive pada Laras. Dawalnya Laras gak bisa nerima itu. Tapi perlahan-lahan aku meyakinkan Laras agar ia bisa mengerti keadaanku. Dan akhirnya aku dan Laras bahagia tanpa Olive. Dan Olive pun akan menjadi kenangan sepanjang hidupku yang tak akan pernah kulupakan.

Berkelana (Ahmad Rizki R. X-2)

Pada waktu itu hari Sabtu, tepatnya jam 8 pagi, Aku pergi ke warung di dekat Sulaiman. Pada saat di warung ada teman-temanku yang bernama Valdo, Roy, Deni dan Agi. Sesaat aku diam di warung, lalu Aku diajak main atau ngebolang oleh Deni, dan lalu Aku menjawab “ iya, oke hayu.” Setelah Aku mengiyakan untuk pergi berkelana, lalu Aku pulang dan segera untuk mandi. Aku masih ingat, pada waktu itu Aku memakai baju berwarna merah, celana hitam, jaket silver, sepatu hitam dan kaos kaki putih. Setelah sekitar jam 9.30 pagi, Aku selesai mandi dan sudah bersiap-siap. Lalu Aku kembali pergi ke warung untuk menunggu teman-temanku yang lainnya.
Sekitar sudah jam 10, kami lalu pergi ke Lembang, akan tetapi sebelum pergi kesana Aku dkk hendak ke rumah Upi terlebih dahulu untuk meminjam helm, karena Aku lupa tidak membawa helm 2. Setelah sudah meminjam helm kami langsung pergi ke Maribaya, tapi kami tidak lewat Cihampelas melainkan melewati jalan Dago. Di saat perjalanan menuju Maribaya, motorku melaju pelan “ngeden” di saat melalui tanjakan. Motorku tertinggal jauh oleh motor teman-temanku, karena memang motorku membawa beban yang lebih berat. Aku berboncengan dengan Valdo, dia mempunyai berat badan kurang lebih 80 kg, maka dari itu motorku pelan di saat tanjakan dan di tinggal jauh oleh teman-temanku. Setelah jalan menanjak sudah usai, teman-temanku menungguku di sisi-sisi jalan yang sudah hampir dekat di Maribaya.
Sekiranya jam 1 siang kami sampai di gerbang Maribaya, lalu kami membayar terlebih dahulu supaya dapat masuk ke dalam. Sesudah selesai membayar, lalu kami masuk ke dalam menggunakan sepeda motor, namun jalan disana kurang memadai. Jalan itu kecil, yang hanya dapat dilewati oleh 2 motor saja, tapi tidak itu saja jalan disana juga nanjak mudun dan juga jelek karena di perjalanan ke dalam Curug itu banyak dengan bebatuan. Sesudahnya sampai di Curug, lalu kami jajan, berfoto-foto dan juga melihat air terjun yang indah yang pada waktu itu juga terbit pelangi.
Tak terasa waktu sudah menunjukkan sekitar jam 3.30 sore, lalu Aku dkk kembali melanjutkan perjalanan ke Lembang, namun belum sampainya ke gerbang Maribaya motorku sudah mogok terlebih dahulu. Motorku mogok dikarenakan jalan yang menanjak, kecil, bebatuan dan juga kehabisan bensin (pada waktu itu lupa tidak membeli bensin). Motorku sempat diangkat, karena batu yang besar mengahalangi motorku dan sesudahnya diangkat lalu Aku mendorong motorku sebentar. Tapi sesudah jalan agak bagus, Aku melihat ke dalam tangki bensin motorku, dan ternyata benar kehabisan bensin, lalu Aku menyedot bensin dari motor temanku Agi pada motorku. Alhamdulillah, setelah selesai disedot motorku kembali menyala seperti semula dan lalu kami meneruskan perjalanan ke rumah saudara Agi di Lembang.
Sesudah sampai di rumah saudara Agi, kami lalu istirahat dan lalu kami di tawari makan, kami juga tidak menolaknya ! kami lalu makan, tapi disaat sedang makan, Aku membawa makanan-makanan yang ada di atas meja ke dalam tas (tanpa bilang dahulu pada Agi dan saudaranya).
Setelah magrib, kami lalu berpamitan dan bersiap untuk pulang. Tapi tidak disangka pada saat sampai di dekat Tegalega hujan datang dengan tiba-tiba. Lalu kami berteduh sejenak hingga hujan tidak membasahi lagi. Sekitar jam 8.30 malam hujan berhenti, dan lalu kami bergegas untuk pulang. Setelah sampai di rumah, Aku lalu istirahat dan tidur karena sudah cape.

27 Februari 2009 (Windy Apriliani X-2)

Sebelum mulai cerita, aku akan ngenalin nama aku dulu, nama aku Lia. Aku sekolah di SMAN 1 Margahayu sekarang. Rumahku di cicukang indah 12 nomor 5.
Hari itu tepat pada hari senin, aku menjalankan aktivitasku yang seperti biasanya. Diawali dengan bangun telat dan upacara disekolah tiap hari senin.
“Haduuh, aku telat lagi! Sial!”, gerutuku
Sesampainya disekolah untungnya aku masuk gerbang pukul tujuh kurang lima menit sebelum upacara dimulai. Waktu baris, aku sejajar dengan kecenganku. Dan dia pun temanku dari SD. Tyo namanya. Dan dia kelas IX-i waktu di SMP, sedangkan aku IX-G. disitu aku senneng banget karena sejajar dengan kecenganku. Dia pun menoleh dan mengobrol sejenak denganku.
“Apa ya liat-liat? Suka yah? Hahaha..” celotehnya.
“Apasih yoo?” kataku.
Dan kita pun ngobrol nyampe upacara beres.
Sepulang sekolah, dia memintaku untuk pulang bareng. Sesampainya dirumah hp ku bergetar, dan kulihat ternyata sms dari Tyo.
“Hey lia lagi apa?”
“Lagi tiduran aja nih cape.” kataku.
Smsan pun berlanjut sampe larut malam.
***
4 hari pun berlalu. Waktu malem sabtu, dia sms aku.
“Ya lagi apaa?”
“Lagi diem aja, kenapa?” kataku.
“Oh engga ya, hehe..” balasnya.
Di smsan itu kita saling ngungkapin perasaan kita, tapi dia bilang dia udah punya pacar namanya Fauziah anak kelas VIII-A waktu itu. Tapi kita pun tetep jadian waktu itu tanggal 27 FEBRUARI2009.
Seminggu kemudian dia bilang katanya udah mutusin cewenya yang anak kelas VIII itu kemarin-kemarin. Lega lah hati aku.
Sebulan, dua bulan, dia cuek bangetlah sama aku. Mungkin masih gugup. Aku gak terlalu nganggep. 5 bulan menjelang perpisahan SMP waktu itu barulah dia agak peduli sama aku. Dia nyapa aku disekolah yang sebelumnya itu gapernah nganggep aku ada. Agak senenglah dia jadi berubah gitu. Hahaha tawaku dalam hati.
Menjelang masuk SMA, dia masuk SMA yang sama kaya aku. Hahaha senengnya sesekolah lagi. Waktu MOSB dia kelas X-6, dan aku X-4. Dingin banget dia sama aku. Hah udah gak ngarep apa-apa lah sama dia! Waktu itu di SMA diadain tes lagi. Tes itu nentuin dimana kita bakal ditempatin dikelas mana nantinya. Waktu pengumuman disebar kita bakal ditempatin dikelas mana, pas aku muter-muter liat-liat disetiap jendela kelas,
“HAH? Sekelas? Hahaha aku sekelas sama Tyo!” dalam hatiku.
Pas masuk kelas, biasalah aku telat. Temen-temen udah pada baris gitu di lapangan. Aku pun ngejar temen-temen yang lagi jalan ke lapangan. Salah satunya Yunia. Haha seneng juga sekelas sama Yunia, Nugroho, Fadillah, Sari, Amanta, aha banyak lah. Mereka temen-temen dari SMP. Terutama Tyo. Yang bisa bangkitin semangat belajar aku.
Dikelas itu aku ketemu sama temen-temen baru. Senengnya nambah temen. Hari-hari sekolah disitu biasa aja awalnya. Tapi kesininya jadi nambah seru dengan anak-anak yang celoteh-celotehnya tuh bikin hati aku seneng. Waktu itu aku sempet putus sama Tyo, karena temen barunya Tyo. Hah biarlah, nasib buruk jatuh ketanganku. Tapi dua minggu kemudian kita balikan.
***
Hari-hari terus berlalu. Semakin hari, semakin banyak temen cewek yang dia punya. Tepat tanggal 21 November 2009, dia mutusin aku lagi!
“Anjrit maunya apasih ini anak?!” gerutuku dalam hati.
Sebelum putus, aku tau dia lagi deket sama kakak kelas. Namanya Yulianti. Gasuka banget lah. Musuh dalam selimut. Tanggal 25 November 2009 itu, Tyo jadian sama kakak kelas itu. Beda berapa hari sih sama tanggal putus aku? Ya Allah deket banget! Kesel yang ada!
Biarlah. Emang jalan hidup aku kaya gini mungkin. Beberapa hari setelah itu cukup masih bikin hati aku nyesek sih. Tapi sebulan kemudian aku mulai bisa ngilangin rasa sakitnya aku itu. Aku cuma bisa ngungkapin perasaan aku lewat curhat ke temen-temen deket aku.
***
Waktu taun baru aku ngerayain sama anak-anak BASECAMP. Pas aku kesana, taunya ada Tyo. Jadi keinget waktu dulu. Sempet nangis sih disana. Tapi cuma sebentar. Waktu anak-anak yang lain sibuk bakar-bakaran, nonton tv, Tyo sempet minta sms sama aku.
“Win ikut sms.” Katanya.
“Sok aja.” Kataku sambil ngasihin hpnya ke dia.
Dikira sms siapa, taunya sms pacarnya. Haaaaaaaaaaa! Pengen teriak rasanya! Sakit hati lagi! Huh hari-hari aku penuh sama sakit hati! Pas dia minta sms lagi. Gak aku bolehin! Takut aku sakit hati lagi! Dia maksa sih, tapi tetep gak aku kasih.
“Ya Allah, kenapa harus kaya gini sih?” tangisku dalam hati.
Disitu emang aku lagi deket sama cowok. Dia mantan aku waktu SMP. Namanya Julian. Dia ngajak balikan. Tapi aku belum mau. Takut jadiin pelampiasan waktu itu. Acara beres sampe jam 2. Aku pun langsung pulang kerumah karena mamah udah nelponin aku nyuruh pulang.
***
Tanggal 3Januari2010. Tyo sms aku.
“Ya lagi apa? Aku mau nelpon angkat ya?” katanya.
“Iyaa sok aja.” Balasku.
Gak lama dia pun telfon, ngajak balikan. Dia bilang pengen balikan dan dia udah mutusin pacarnya buat aku. Gimana gak seneng coba? Haha meski masih berbalut sakit hati, tapi kata-kata yang dia bilang cukup bikin hati aku lega. Dan akhirnya kita pun balikan. Disitu aku bikin cowok sakit hati. Mantan aku waktu smp yang ngajak balikan, sakit hati katanya.
Dari hari itu, Tyo perhatian banget sama aku. Bedaaa banget sama Tyo yang waktu itu cuek abis sama aku. Senenglah Tyo berubah gitu. Dari hari itu juga, aku bia ketawa-ketawa lagi sama temen-temen aku.
Tapi semakin hari, Tyo makin beda sama aku. Ini bukan Tyo yang biasanya. Tyo berubah lagi. Taunya, tanggal 10Mei2010 kemarin, malem-malem kita putus lagi. Gak tau alesannya apa. Aku sih gak bisa terima. Tapi aku nyadar, semuanya itu gak bisa aku hindarin kalo emang kita udah gak sejalan. Nangis tiap hari yang aku bisa. Nyampe saat ini masih nyesek dengan kata PUTUS. Huh, jalannya emang harus kaya gini mungkin mau diapain lagi? Yaudahlah. Pelan-pelan aku terima kenyataan ini (apasih). Biarlah kita masing-masing jalanin apa yang ada di depan mata.
***
MATI SATU TUMBUH SERIBU. Itu peribahasa yang lagi aku alamin sekarang.
Pusing banget mikirin hal ini. Aku gak tau harus gimana. Ada dua orang yang bilang sayang sama aku. Hal ini bikin bingung hari-hari aku. Tapi aku mikir gak akan milih siapa-siapa. Aku milih sendiri dulu saat ini. Banyak hal yang harus aku perbaikin kedepannya.

Kisah ini diambil dari kisah nyata WINDY APRILIANI FIRDAYANTI.

Perjuangan dan Motivasi (Arif Dwi S. X-2)

Hari-hari yang indah di jalani keluarga Pak Riki. Keluarga mereka memang bukan keluarga yang bisa mencukupi semua kebutuhan yang diperlukan, tetapi mereka adalah keluarga yang penuh kebahagiaan, mereka jalani kehidupan dengan ikhlas.

Pak Riki bekerja sebagai sopir angkot. Bu Disa, istri Pak Riki bekerja sebagai pembantu rumah tangga. Anak mereka ada empat, Diki, Sasi, Dani, dan Zarli. Pukul 5.00 WIB, Diki dekat dengan sekolah, tetapi dia selalu bangun pagi-pagi karena Diki setiap pagi membantu ayahnya mencuci mobil. Sasi sering membantu ibunya menghidangkan makanan, Dani pun selalu membantu ibunya membersihkan rumah. Begitu pula Zarli, walaupun dia anak paling kecil, bukan berarti bermanja-manja pada ayah dan bunda, malah Zarli sering membantu ayah, bunda, dan kakak-kakaknya.

Selesai membantu ayah dan bunda, Diki, Sasi, Dani, pergi sekolah. Zarli belum sekolah, karena umurnya masih lima tahun. Zarli tidak disekolahkan TK karena ayah dan bunda kurang mampu untuk membiayainya.

Diki adalah anak yang pintar, dia selalu ranking 1 di sekolahnya, beragam prestasi dia raih. Begitu pula Sasi, dia murid terpintar di sekolah nya. Dani pun selalu Mendapat pujian dari guru dan teman-teman karena kemampuannya dalam olahraga bela diri. Zarli si bungsu, walaupun masih berumur lima tahun, tetapi bakat dalam menulis cerita sering membuat warga kampung terkagum-kagum. Selain pintar, keempat anak Pak Riki juga saleh, rajin shalat, membaca Al-quran, berbakti pada orang tua, dan mereka selalu berdoa pada Yang Maha kuasa agar selalu diberi keselamatan , diberi kepintaran, dan dijauhi darfi setan yang terkutuk.

Suatu hari, saat pulang sekolah pukul 12.00 siang, Diki, Sasi, Dani cemas karena ayahnya belum juga pulang. Ternyata Pak Riki sedang ngetem. Sejak pagi, hanya satu hingga tiga penumpang yang menaiki angkot Pak Riki. Tetapi hebatnya, tak ada kata menyerah di benak Pak Riki. Saat mengetem, Pak Riki menyempatkan shalat dan berdoa agar angkotnya dinaiki banyak penumpang.

Setelah shalat, Pak Riki pergi kembali ke tempat pengetemannya. Banyak penumpang yang menaiki angkot Pak Riki.”Alhamdulillah doaku didengar Allah, terima kasih ya Allah,” kata Pak Kiki

Dirumah, saat Diki sedang belajar, Egy, temannya Diki menelefon. “Tadi di sekolah ada pengumuman akan diadakan lomba berpidato pencerahan hati, pihak sekolah menunjukanmu untuk menjadi wakilnya,” Egy menjelaskan. Diki menyanggupinya.

Besoknya Diki bergegas pergi ke sekolah, ayah dan bundanya bertanya,”Diki, kok kamu memakai baju seragam sekolah, kan sekarang hari Minggu?”

“ Oh ya Diki lupa memberi tahu Ayah dan Bunda kalau sekarang Diki akan berlomba berpidato.”

“ Kalau begitu Bunda dan Ayah akan mendoakanmu supaya kamu menang.”

“ Terima kasih Ayah, Bunda , Diki pergi dulu yah,” kata Diki sambil mencium tangan kedua orang tuanya.

Pada saat lomba di sekolah, Diki berpidato tema perjuangan, ”Tak ada keberhasilan bila tak diawali dengan perjuangan. Sebenarnya takkan ada perjuangan yang berakhir dengan kesedihan, kekecewaan, dan rasa amarah. Memang kadang perjuangan berakhir dengan rasa sakit, tetapi jiwa yang sudah diawali dengan perjuangan adalah jiwa yang sudah merasakan kemenangan. Bila memang harus kalah , terimalah , kekalahan bukanlah lambang kegagalan, tetapi kekalahan adalah lambang menuju keberhasilan. Belajarlah dari kekalahan dan Janganlah merasa kalah kalau sudah berjuang karena perjuanganlah yang membuat kekalahan menjadi lebih berarti. Jadikanlah kekalahan menjadi pelajaran yang paling berharaga. Semua juri dan penonton kagum terhadap pidato yang dibacakan Diki. Akhirnya, Diki tampil sebagai pemenangnya.

Perjuangan dan motivasi keluarga Pak Kiki adalah contoh bagi kita. Setidakmampunya seseorang, tetapi kalau mempunyai keinginan yang besar, keikhlasan untuk menjalaninya, berdoa pada yang Maha kuasa, dan perjuangan yang tak henti-hentinya, maka akan membuahkan hasil yang sempurna. Janganlah kita berkecil hati bila kalah karena kita tak akan maju bila belum pernah jatuh. Terima kekalahan itu dan perbaiki apa yang salah.